Minggu, 26 Maret 2017

Teori Ekonomi Mikro - Makalah Pasar Oligopoli

BAB I
PENDAHULUAN

Telah kita lewati beberapa pembahasan mengenai pasar monopoli dan monopsoni. Selanjutnya, dalam makalah ini akan diuraian mengenai tiga topik pembahasan yaitu :
1.     Pasar Oligopoli
Suatu kondisi pasar yang hanya ada sedikit perusahaan atau produsen yang masing-masing mempunyai kekuatan cukup besar untuk mempengaruhi harga pasar. Terdapat beberapa karakteristik pasar oligopli, dan dua tipe perusahaan oligopoli yaitu oligopoly yang bersifat kooperatif dan non-kooperatif.
2.     Pasar Persaingan Monopolitis
Akan dibahas mengenai karakteristik pasar persaingan monopolistis dan juga keseimbangan perusahaan jangka pendek maupun jangka panjang.
3.    Pasar Input
Biasa disebut dengan pasar faktor produksi. Terdapat konsep-konsep dasar, bagaimana faktor-faktor pasar input yang menentukan permintaan, serta keseimbangan pasar input baik persaingan sempurna maupun tidak sempurna.
Dari beberapa topik bahasan dalam makalah ini, kami berharap makalah ini dapat menambah wawasan para pembaca dalam memahami ketiga jenis pasar yang akan dibahas serta memberikan manfaat agar dapat memperlajari mata kuliah mikroekonomi lebih dalam lagi.



BAB II
PASAR OLIGOPOLI

A.        KARAKTERISTIK PASAR OLIGOPOLI
Struktur pasar atau industry oligopoly (oligopoly) adalah pasar (industri) yang terdiri atas hanya sedikit perusahaan (produsen). Setiap perusahaan memiliki kekuatan (cukup) besar untuk memengaruhi harga pasar. Produk dapat homogen atau terdiferensiasi. Perilaku setiap perusahaan akan memengaruhi perilaku perusahaan lainnya dalam industri. Ini berarti kondisi pasar oligopoli mendekati kondisi pasar monopoli. Seorang oligopolies memperkirakan permintaan juga tergantung pada reaksi apa yang akan dilakukan lawan-lawannya terhadap perubahan harga yang diambil. Ini memang sulit diramalkan, tetapi penting bagi kita untuk bisa membuat kurva permintaannya.
Dari definisi di atas dapat dilihat beberapa unsure penting (karakter) pasar oligopoli :
1.     Hanya terdapat sedikit perusahaan dalam industri.
2.    Produknya homogen atau terdiferensiasi.
3.    Pengambilan keputusan yang saling mempengaruhi.
4.    Kompetisi non harga.
B.        PERUSAHAAN OLIGOPOLY YANG BERPRILAKU NON-KOOPERATIF
Perusahaan-perusahaan oligopoly yang berprilaku non-kooperatif tidak mengakomodasi perubahan-perubahan harga dari perusahaan lain, dengan demikian diantara perusahaan-perusahaan oligopoly yang berprilaku non-kooperatif itu saling terjadi persaingan antara perusahan satu dengan lainnya. Sebagai misal, apabila perusahaan pesaing yang satu meningkatkan harga jual produk, perusahaan yang lain akan mempertahankan harga jual produk sejenis agar dapat meningkatkan penjualan terhadap produk itu dalam pasar oligopoly. Perusahaan-perusahaan oligopoly yang berprilaku non-kooperatif berkompetisi tidak hanya dalam hal harga jual produk, tetapi juga dalam faktor-faktor bukan harga seperti : promosi dalam iklan, kualitas produk, saluran distribusi pemasaran, pelanyanan purna jual, dan lain-lain.
Dalam pasar oligopoly dimana perusahaan-perusahaan saling berkompetisi atau berprilaku non-kooperatif, bentuk kurva permintaan pasar oligopoly akan sulit digambarkan secara tepat. Hal ini disebabkan karena apabila suatu perusahaan oligopoly ingin mengubah harga produk, perusahaan-perusahaan pesaing akan menanggapi perubahan harga itu dengan mengubah kebijaksanaan harga yang menguntungkan perusahaan pesaing itu. Dengan demikian suatu perusahaan oligopoly tidak pernah mengetahui secara tepat bagaimana perusahaan pesaing akan bereaksi, sehingga menyebabkan manajer yang bekerja pada perusahaan oligopoly yang berprilaku non-kooperatif hanya dapat menduga kurva permintaan dan penerimaan marjinal dari perusahaan sendiri melalui pengumpulan data permintaan produk.

C.        PERUSAHAAN OLIGOPOLY YANG BERPRILAKU KOOPERATIF
Perusahaan-perusahaan oligopoly yang memproduksi produk homogeny murni atau produk diferensiasi yang berprilaku kooperatif pada umumnya membentuk kartel untuk mengendalikan pasar melalui pengaturan output produksi dan penetapan harga secara bersama-sama agar memaksimumkan keuntungan eknomis dari kartel itu. Perusahaan-perusahaan yang berkerja sama (kooperatif) secara diam-diam dalam pasar oligopoly yang tidak melibatkan suatu kesepakatan eksplisit disebut juga sebagai kolusi diam-diam (tacit collusion).
Sebagai contoh dari bentuk kolusi diam-diam ini berupa adanya kesepakatan yang tidak diungkapkan secara terbuka di antara perusahaan-perusahaan dalam pasar oligopoly untuk membagi daerah pemasaran. Sering terlihat bahwa perusahaan-perusahaan dalam pasar oligopoly itu bertindak secara bersama-sama dalam mengubah model produknya pada waktu yang sama, disertai dengan penetapan harga yang tidak bervariasi jauh.
Kartel terbuka merupakan suatu kelompok perusahaan yang memproduksi produk, umumnya homogeny, meskipun dapat berupa produk diferensiasi, yang memiliki manajemen terpusat (seperti secretariat jenderal OPEC) yang disepakati bersama dan berfungsi untuk menentukan harga kartel yang sama, selanjutnya berdasarkan hal itu baru ditentukan harga kartel. Penentuan harga kartel dan output kartel yang harus diproduksi menggunakan prinsip keseimbangan harga kartel yang memaksimumkan harga kartel, dimana MR = MC, disini MR adalah penerimaan marjinal sedangkan MC adalah biaya kartel.
Apabila kelompok manajemen kartel itu telah menetapkan harga kartel dan output kartel yang memaksimumkan keuntungan kartel, langkah selanjutnya adalah bagaimana mengalokasikan output kartel itu di antara perusahaan-perusahaan yang menjadi anggota kartel. Pada umumnya alokasi dilakukan dengan menggunakan metode pembagian pasar atau yang popular disebut sebagai kouta produksi. Secara konseptual pembagian pasar atau kouta produksi dapat dilakukang dengan menggunakan konsep biaya marjinal (MC) dari masing-masing perusahaan anggota kartel itu, dimana harus diusahakan agar biaya marjinal dari semua perusahaan adalah sama agar prinsip memaksimumkan keuntungan kartel dapat dipenuhi.



BAB III
PASAR PERSAINGAN MONOPOLISTIS

A.        KARAKTERISTIK PASAR PERSAINGAN MONOPOLISTIS
Pada umumnya struktur pasar persaingan monopolistis hampir sama dengan persaingan sempurna. Di dalam industry terdapat banyak perusahaan yang bebas (mudah) keluar-masuk. Namun produk yang dihasilkan tidak homogen, melainkan terdiferensiasi (differentiated product). Akan tetapi, perbedaan barang antara satu produk (merek) dengan produk (merek) yang lain tidak terlalu besar. Diferensiasi ini mendorong perusahaan untuk melakukan persaingan nonharga. Walaupun demikian output yang dihasilkan sangat mungkin saling menjadi subtitusi. Perusahaan memiliki kemampuan monopoli yang relatif terbatas/kecil.
Tiga karakteristik pasar persaingan monopolistis, antara lain :
1.     Produk yang terdiferensiasi (Differentiated Product)
Maksudnya adalah produk dapat dibedakan oleh konsumen dengan melihat siapa produsennya, yaitu menjadi pertimbangan siapa produsennya. Barang-barang tersebut dapat diperbedakan oleh kualitas barangnya, model, bentuk, warna, bahkan oleh kemasan, merek, dan pelayanannya.
2.    Jumlah produsen banyak dalam industry
Jumlah perusahaan (produsen) dalam pasar persaingan monopolistis banyak. Di Indonesia dapa dilihat dari begitu banyaknya merek pakaian, dan sepatu. Banyaknya perusahaan menyebabkan keputusan perusahaan tentang harga dan output tidak perlu harus memperhitungkan reaksi perusahaan lain dalam industry (independence decision of price and output), karena setiap perusahaan menghadapi kurva permintaannya masing-masing.



3.    Mudah masuk dan keluar ( Free Entry and Exit)
Laba super normal yang dinikmati perusahaan mengundang perusahaan pendatang untuk memasuki industry. Jika mereka mampu bertahan, dalam jangka panjang dapat mengalahkan perusahaan yang lain. Tetapi jika kalah mereka harus keluar, agar kerugian tidak menjadi lebih besar. Sama halnya dalam pasar persaingan sempurna, dalam pasar persaingan monopolistis proses masuk-keluar akan terhenti bila semua perusahaan hanya memperoleh laba normal.
B.         KESEIMBANGAN PERUSAHAAN JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG
Perusahaan mencapai keseimbangan dalam jangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka pendek perusahaan dapat menikmati laba super normal. Sedangkan, dalam jangka panjang hanya menikmati laba normal.
1.     Keseimbangan Perusahaan dalam Jangka Pendek
Keseimbangan jangka pendek perusahaan tercapai bila MR =MC. Karena memiliki daya monopoli, walau terbatas, kondisi keseimbangan perusahaan yang bergerak dalam persaingan monopolistis sama dengan perusahaan yang bergerak dalam pasar monopoli.
kuliah-pie-06-xipasar-33-638.jpg
Diagram 10.2 menunjukkan perusahaan mencapai laba maksimum pada saat MR = MC di titik E. Sama halnya dengan perusahaan monopolis, harga jauh lebih besar dari biaya marjinal (P>MC). Tetapi kemampuan eksploitasi laba relative terbatas, karena kurva permintaan yang dihadapi sangat landai. Laba super normal yang dinikmati perusahaan sebesar luas segi empat APBC, di mana harga adalah P dan jumlah output yang diproduksi Q*.
2.    Keseimbangan Perusahaan dalam Jangka Panjang
Dibandingkan dengan pasar monopoli, persaingan monopolistic masih lebih baik dilihat dari lebih kecilnya total kesejahteraan yang hilang. Namun tetap kurang efisien dibanding pasar persaingan sempurna. Ada dua penyebab mengapa pasar persiangan monopolistic tidak dapat efisien dibanding pasar persaingan sempurna.
a.    Harga Jual Masih Lebih Besar dari Biaya Marginal (P>MC)
Karena memiliki daya monopoli, perusahaan dalam persaingan monopolistis mmapu membebankan harga jual yang lebih tinggi dari biaya marginal (P>MC). Namun demikian karena kurva permintaan yang dihadapi sangat elastic, maka selisih harga dan biaya marginal tidak sebesar dalam perusahaan monopolitis.
b.    Kapasitas Berlebih (Excess Capacity)
Telah dinyatakan, karena sangat mudahnya perusahaan untuk keluar dan masuk, dalam jangka panjang perusahaan yang beroperasi dalam pasar persaingan monopolistis hanya menikmati laba normal. Keadaan tersebut dapat digambarkan kembali dalam diagram berikut ini :
kuliah-pie-06-xipasar-33-638.jpg 
Pada saat berada dalam keseimbangan jangka panjang (titik A), perusahaan sebenarnya tidak berproduksi pada tingkat yang paling efisien , sebab titik A bukan titik terendah pada kurva biaya rata-rata (AC). Jika perusahaan ingin memproduksi pada AC yang paling rendah, output harus ditambah sampai sejumlah Qb. Tetapi jika output melebihi Qa (output keseimbangan), penambahan output hanya menurunkan laba (bahkan merugi) karena penerimaan marginal lebih kecil dari biaya marginal (MR < MC). Dapat disimpulkan, dalam jangka panjang perusahaan yang bergerak dalam pasar persaingan monolpolistis akan mengalami kelebihan kapasitas produksi (Excess Capacity).



BAB IV
PASAR INPUT

Keseimbangan perusahaan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi produksi dan sisi penggunaan faktor produksi (input). Dalam upaya mencapai laba maksimum atau kerugian minimum, jumlah output yang diproduksi dan tingkat harga yang ditetapkan tergantung pada posisi perusahaan dalam pasar. Tetapi perusahaan hanya akan mencapai kondisi optimum bila alokasi penggunaan faktor produksi (input) juga efisien.
A.        KONSEP DASAR PASAR INPUT
1.     Faktor Produksi sebagai Permintaan Turunan (Derived Demand)
Permintaan terhadap suatu barang dikatakan sebagai permintaan turunan (derived demand) bila permintaan terhadap barang tersebut sangat tergantung pada permintaan terhadap barang lain. Bahan bakar minyak (BBM) dikatakan permintaan turunan, karena permintaan terhadapnya sangat tergantung pada permintaan mobil.
Demikian halnya dengan tenaga kerja dan tanah. Permintaan terhadap tenaga kerja sangat tergantung pada permintaan terhadap barang atau jasa. Makin besar permintaan terhadap barang dan jasa, makin besar permintaan terhadap tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi. Permintaan tanah juga berbanding sama pada permintaan missal jasa gedung perkantoran.
2.    Faktor Produksi Subtitusi dan Komplemen (Subtitutable and Complement Input)
Hubungan antar faktor produksi dikatakan bersifat subtitusi bila penambahan penggunaan faktor produksi yang satu mengurangi penggunaan faktor produksi yang lain. Mesin merupakan subtitusi tenaga kerja (manusia). Sebaliknya mesin dan tenaga kerja dapat memiliki hubungan yang bersifat komplemen, bila penambahan penggunaan mesin menambah penggunaan tenaga kerja.



3.    Hukum Pertambahan Hasil Yang Makin Menurun (Law of Diminishing Return)
Sama halnya dengan konsumsi, penambahan penggunaan faktor produksi pada awalnya juga memberikan tambahan hasil yang besar, namun makin lama dengan tingkat pertambahan yang makin menurun. Misalnya dalam proses pengolahan lahan untuk penanaman palawija.
4.    Efek Subtitusi dan Efek Output (Subtitution dan Output Effect)
Analisis efek subtitusi dalam pasar faktor produksi, analogis dengan efek subtitusi pada teori perilaku konsumen. Jika terjadi kenaikan harga sebuah faktor produksi, maka penggunaan input tersebut dikurangi. Untuk menjaga tingkat output (pada isokuan yang sama), perusahaan menggunakan lebih banyak faktor produksi lain yang harganya relatif lebih murah.
Analisis efek output atau efek skala produksi, analogis dengan efek pendapatan. Suatu faktor produksi dikatakan normal, jika penambahan skala produksi menambah penggunaan faktor produksi tersebut. Sebaliknya faktor produksi dikatakan inferior, bila penambahan skala produksi justru mengurangi penggunaan faktor produksi.
B.         FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PERMINTAAN
Berdasarkan uraian diatas, sebenarnya telah dapat disimpulkan beberapa faktor yang memengaruhi permintaan terhadap faktor produksi, yaitu sebagai berikut :
1.     Harga Faktor Produksi (Harga Input)
Yang termasuk harga faktor produksi adalah upah dan gaji untuk tenaga kerja atau sewa untuk barang modal dan tanah. Jika faktor produksi bersifat normal, makin murah harganya, makin besar jumlah yang diminta. Dalam kasus khusus, turunnya harga faktor produksi justru menurunkan jumlah yang diminta (inferior). Atau pada saat harganya naik, permintaannya justru meningkat (analogis barang Giffen).



2.    Permintaan Terhadap Output
Makin besar skala produksi, makin besar permintaan terhadap input. Kecuali input tersebut telah bersifat inferior.
3.    Permintaan Terhadap Faktor Produksi Lain.
Misalnya, permintaan terhadap faktor produksi subsitutif (mesin) meningkat, maka permintaan terhadap tenaga kerja menurun. Bila tenaga kerja dan mesin mempunyai hubungan komplemen, meningkatnya permintaan terhadap mesin meningkatkan permintaan terhadap tenaga kerja.
4.    Harga Faktor Produksi Yang Lain.
Pengaruh perubahan harga suatu faktor produksi terhadap permintaan faktor input lainnya sangat berkaitan dengan sifat hubungan antar faktor produksi. Permintaan terhadap suatu faktor produksi akan meningkat, bila harga faktor produksi subtitusinya makin mahal. Permintaan pada input akan menurun, jika harga input komplemennya makin mahal.
5.    Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi dapat menambah atau mengurangi permintaan terhadap faktor produksi. Jika kemajuan teknologi meningkatkan produktivita maka permintaan terhadap faktor produksi meningkat. Kemajuan teknologi yang menurunkan permintaan tenaga kerja, bila hubungan keduanya subtitutif.
C.        KESEIMBANGAN PASAR INPUT PERSAINGAN SEMPURNA DAN TIDAK SEMPURNA
1.     Pasar Tenaga Kerja Berstruktur Persaingan Sempurna
Dalam pasar tenaga kerja persaingan sempurna, pembeli (perusahaan) maupun penjual (pemilik faktor produksi atau tenaga kerja) tidak dapat memengaruhi harga pasar.



a.    Permintaan Tenaga Kerja dalam Model Satu Macam Faktor Produksi Variabel (One Variable Input Model).
Model permintaan tenaga kerja dalam satu macam faktor produksi variabel mengamsusikan hanya tenaga kerja yang dapat diubah-ubah jumlah penggunaannya.
MRPL = MP x P à Kurva MRPL = Kurva MP x P
112.png
2.    Pasar Tenaga Kerja Berstruktur Monopoli
Tenaga kerja dapat memiliki daya monopoli faktor produksi, misalnya dengan membentuk serikat pekerja (labour union). Dengan adanya monopoli, serikat pekerja dapat menentukan beberapa tingkat upah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

45.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengantar Bisnis

Pengantar Bisnis Download PPT https://docs.google.com/presentation/d/1bs_Fu-eHGh1wk0_niiKD2k8HneOukK1q90mcGQzV5_4/edit?usp=sharing PPT Ke...