Selasa, 28 Maret 2017

Booklet Akuntansi Keuangan

KAS DAN SETARA KAS
Kas adalah uang tunai yang paling likuid sehingga pos ini biasanya ditempatkan pada urutan teratas dari aset. Yang termasuk dalam kas adalah seluruh alat pembayaran yang dapat digunakan dengan segera seperti uang kertas, uang logam, dan saldo rekening giro di bank. Menurut PSAK No 2, setara kas adalah investasi yang sifatnya likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan. Pada umumnya, hanya investasi dengan jatuh tempo asli tiga bulan atau kurang yang memenhi syarat sebagai setara kas. Deposito yang jatuh temponya kurang atau sama dengan tiga bulan dan tidak diperpanjang terus-menerus (rollover) dapat dikategorikan sebagai setara kas.
Bank adalah saldo rekening giro yang dapat digunakan secara bebas untuk membiayai kegiatan usaha. Yang tidak termasuk dalam pengertian kas, baik menurut akuntansi maupun perpajakan adalah:
1. Deposito yang jatuh temponya lebih dari tiga bulan atau rollover
Saldo rekening berupa deposito yang jatuh temponya lebih dari tiga bulan atau rollover tidak termasuk dalam pengertian kas karena tidak dapat digunakan sewaktu-waktu.
2. Prangko dan Materai
Biasanya perusahaan mempunyai persediaan prangko dan materai yang dapat dipakai sewaktu-waktu. Persediaan ini tidak termasuk dalam pengertian kas, sekalipun persediaan ini sering disimpan oleh kasir perusahaan. Apabila jumlahnya cukup besar, persediaan ini dapat digolongkan ke dalam persediaan perlengkapan alat-alat kantor (supplies)
3. Kas bon atau uang muka
Kas bon merupakan bukti penerimaan uang muka dari pegawai tidak dapat digolongkan ke dalam kas. Kertas-kertas tersebut tidak dapat digunakan sewaktu-waktu, sehingga tidak dapat dianggap uang tunai.
4. Cek mundur dan cek kosong
Cek mundur tidak dapat diuangkan sampai jatuh temponya sehingga tidak memenuhi syarat sebagai kas. Cek mundur yang diterima untuk melunasi piutang belum mengurangi saldo piutang. Apabila dapat diuangkan karena tidak cukup dananyadi bank, cek tersebut disebut kosong. Cek kosong sama sekali tidak memiliki harga, sehingga tidak dapat dianggap sebagai aset perusahaan

KAS KECIL
Kas kecil atau petty cash adalah uang yang dicadangkan oleh entitas bisnis/perusahaan untuk pembayaran pengeluaran-pengeluaran yang bersifat rutin namun jumlah nominalnya relatife kecil, serta tidak material.
Petty Cash mempunyai beberapa karakteristik yaitu :
1. Jumlah nominalnya dibatasi, tidak lebih ataupun tidak kurang dari jumlah nominal tertentu yang sudah ditetapkan oleh manajemen perusahaan.
2. Digunakan untuk mendanai transaksi rutin  yang bernominal kecil,.
Tujuan Kas Kecil
Ada beberapa tujuan dibentuknya Kas Kecil, berikut diantaranya:
1. Menangani masalah perlengkapan/perbekalan kantor yang dialami oleh suatu bagian di kantor
2. Menghindari cara pembayaran yang tidak ekonomis juga tidak praktis atas pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil dan mendadak.
3. Meringankan beban staff karyawan dalam memberikan pelayanan secara maksimal kepada pelanggan juga termasuk kepada relasi bisnis pimpinan.
4. Mempercepat aktivitas atasan yang menggunakan dana secara mendadak dan juga tidak terencana sebelumnya.
Pembayaran Kas Kecil
Pembayaran melalui kas kecil dilakukan untuk suatu hal seperti berikut:
1. Pengeluaran kas kecil biasanya telah ditentukan batas maksimalnya setiap terjadi pengeluaran
2. Pengeluaran tidak diperbolehkan untuk pemberian pinjaman (utang) kepada staf
3. Bukti pengeluaran kas kecil harus ditanda-tangani oleh bagian pemengang petty cash
4. Apabila ada bukti pembayaran, semisal kuitansi, faktur atau bukti pendukung yang lain harus dilampirkan juga pada bukti pengeluaran kas.

Pengisian Kas Kecil
Apabila jumlah nominal uang yang terdapat dalam akun kas kecil telah menipis, maka dana kas kecil harus diisi kembali dengan cara sebagai berikut:
1. Pemegang petty cash mengajukan permintaan kepada bendahara kas
2. Pemegang petty cash menyiapkan daftar pengeluaran yang telah dilampiri bukti transaksi atas pengeluaran kas kecil.
3. Jika telah sesuai dengan ketentuan, bendahara kas memberikan tanda persetujuan kepada formulir permintaan tersebut dan memberi dana sebesar jumlah nominal kas kecil yang sudah dikeluarkan.

Metode Pencatatan Petty Cash | Kas Kecil
Di dalam akuntansi, ada dua metode yang umumnya digunakan dalam pencatatan kas kecil
Sistem Dana Tetap | Imprest Fund System
Metode Sistem Dana Tetap ini merupakan metode pembukuan kas kecil dimana rekening kas kecil jumlahnya selalu tetap. Setiap pengeluaran kas terjadi, pemegang petty cash tidak serta merta langsung mencatatnya, tetapi hanya sekedar mengumpulkan bukti transaksi pengeluarannya. Dan pada waktu yang telah ditetapkan sebelumnya, apabila dana petty cash hampir habis, baru dilakukan pencatatan pembukuan berdasarkan pada bukti transaksi pengeluaran yang telah dikumpulkan, kemudian pemegang kas kecil melakukan pengajuan pembentukan kembali dana kas kecil kepada bendahara kas sebesar nominal yang telah dikeluarkan menurut pembukuan dan bukti transaksi pengeluaran, sehingga jumlah nominal dana kas kecil tetap seperti jumlah kas kecil semula.
Langkah-langkah operasional metode impress sbb:
1. Pembentukan dana kas kecil dimana pemegang kas kecil diberi sejumlah uang tunai yang nantinya untuk pembayaran atas pengeluaran yang diperkirakan bisa memenuhi kebutuhan dalam dalam waktu tertentu.
2. Dana kas kecil dipergunakan untuk pembayaran transaksi pengeluaran .
3. Setelah dana kas kecil habis/hampir habis, kasir membentuk kembali dana kas kecil, mengisinya sebesar jumlah nominal pengeluaran yang terjadi.

Sistem dana Berubah | Fluctuation Fund System
Sistem dana berubah atau sering disebut juga sistem fluktuasi. Nah, sistem ini menghendaki bahwa jumlah nominal kas kecil tidak ditetapkan  akan tetapi sesuai dengan kebutuhan. Misalnya, ketika pertama kali membuat kebijakan, perusahaan menetapkan jumlah nominal kas kecil sebesar Rp 5 Juta kemudian digunakan sesuai dengan kebutuhan dan kemudian kas kecil diisi kembali. Ketika waktu pengisian,  jika perusahaan menggunakan sistem dana tetap, maka jumlah kas kecil harus sama jumlahnya dengan saldo awal kas kecil. Namun pada metode sistem dana berubah (dana mengambang), jumlah pengisian kembali kas kecil tidak harus sama dengan jumlah nominal saldo awalnya, jadi bisa kurang maupun lebih.





KASUS 1

Kas Kecil Metode Imprest | Sistem Dana Tetap

PT Astria Bersama menetapkan kas kecil untuk pembayaran pengeluaran dalam nominal yang kecil. Kas kecil tersebut dimulai pada tanggal 1 Januari 2015 dengan menerima uang sebesar Rp 2.500.000 dari akun kas. berikutnya, kas kecil akan diisi lagi pada setiap tanggal 15 dan 30. Transaksi transaksi pengeluaran yang menggunakan kas kecil selama bulan Januari 2015 adalah sebagai berikut:
03 Januari    Dibeli materai Rp 300.000
08 Januari    Pembayaran beban listrik Rp 320.000 dan air Rp 280.000
11 Januari     Dibayar biaya iklan di koran jawa pos Rp 250.000
14 Januari    Kas kecil dianggap terlalu besar, Rp 500.000 sehingga kas kecil disetor kembali ke kas
15 Januari     Dana kas kecil diisi kembali.
19 Januari     Dibayar biaya angkut pembelian Rp 240.000
21 Januari     Dibayar biaya telepon Rp 360.000
29 Januari    Dibayar untuk biaya pengobatan staf yang sakit Rp 200.000
30 Januari    Dana kas kecil diisi kembali.
Diminta : Catatlah Jurnal umum,  dengan menggunakan Metode Impress
JAWABAN
Tanggal Keterangan Debit Kredit

[ Pembentukan dana Kas Kecil ]
01/01/2015 Kas Kecil Rp2.500.000
Kas Rp2.500.000

[pengeluaran kas kecil tidak dicatat saat terjadi transaksi]
03/01/2015 ------ ------ ------ ------
08/01/2015 ------ ------ ------ ------
11/01/2015 ------ ------ ------ ------

[Penurunan saldo' kas kecil dan dikembalikan ke akun kas]
14/12/2014 Kas Rp500.000
Kas Kecil Rp500.000

[ Pengisian kembali dana kas kecil ]
15/12/2014 Perlengkapan Kantor Rp300.000
Biaya Listrik Rp320.000
Biaya Air Rp280.000
Biaya Iklan Rp250.000
Kas Rp1.150.000

[pengeluaran kas kecil tidak dicatat saat terjadi transaksi]
19/01/2015 ------ ------ ------ ------
21/01/2015 ------ ------ ------ ------
29/01/2015 ------ ------ ------ ------

[ pengisian dana kas kecil ]
30/01/2015 B. Angkut Rp240.000
Biaya Telepon Rp360.000
B rupa rupa Rp200.000
Kas Rp800.000





Kas Kecil Sistem Flutuasi
PT Astria Bersama menyelenggarakan kas kecil untuk pengeluaran-pengeluaran dalam jumlah kecil. Kas tersebut mulai dibuka pada tanggal 2 Desember 2014 dengan menerima uang sebanyak Rp 4.000.000 dari Kas. Untuk selanjutnya kas kecil diisi setiap tanggal 15 dan 30. Transaksi yang berhubungan dengan kas kecil selama bulan desember 2014 adalah sebagai berikut:
3 Desember     Dibeli materai Rp 300.000
8 Desember     Dibayar rekening listrik Rp 320.000 dan air Rp 230.000
11 Desember    Dibayar biaya iklan pada harian kompas Rp 250.000
14 Desember   Dana Kas kecil dianggap terlalu besar, Rp 500.000 disetor kembali ke kas.
15 Desember    Dana kas kecil diisi kembali.
19 Desember    Dibayar biaya angkut pembelian Rp 240.000
21 Desember    Dibayar biaya telepon Rp 350.000
27 Desember    Dibeli perlengkapan kantor Rp 650.000
29 Desember    Dibayar untuk pengobatan karyawan yang sakit Rp 200.000
29 Desember    Dibayar biaya angkut barang Rp 130.000
30 Desember    Dana kas kecil diisi kembali.

Diminta: Buatlah Jurnal umum, jika menggunakan Metode Fluktuasi (Fluctuation Fund System)
JAWABAN
Tanggal Keterangan Debit Kredit
[ Pembentukan dana Kas Kecil ]
02/12/2014 KasKecil Rp4.000.000
Kas Rp4.000.000

[ pengeluaran dana kas kecil langsung di catat ]
03/12/2014 Perlengkapan Kantor Rp300.000
Kas Kecil Rp300.000
08/12/2014 Biaya Listrik Rp320.000
BiayaAir Rp230.000
Kas Kecil Rp550.000
11/12/2014 Biaya Iklan Rp250.000
Kas Kecil Rp250.000

[ Penurunan saldo kas kecil ]
14/12/2014 Kas Rp500.000
Kas Kecil Rp500.000

[ Pengisian kembali dana kas kecil ]
15/12/2014 KasKecil Rp1.100.000
Kas Rp1.100.000

[ pencatatan pengeluaran kas kecil ]
19/12/2014 | Biaya angkut Rp240.000
Kas Kecil Rp240.000

21/12/2014 | Biaya Telepon Rp350.000
Kas Kecil Rp350.000

27/12/2014 | Perlengkapan Kantor Rp650.000
Kas Kecil Rp650.000

29/12/2014 | Biaya Rupa rupa Rp200.000
Kas Kecil Rp200.000

29/12/2014 | Biaya angkut Rp 130.00
Kas Kecil Rp130.000

[ pengisian kembali dana kas kecil ]
30/12/2014 | KasKecil Rp1.570.000
Kas Rp1.570.000
REKONSILIASI BANK
Rekonsiliasi bank adalah daftar transaksi dan jumlahnya yang menyebabkan saldo kas yang dilaporkan pada laporan bank berbeda dengan saldo kas pada pembukuan perusahaan. Rekonsiliasi laporan bank berguna untuk mengecek ketelitian pencatatan dalam rekening kas dan catatan bank, selain itu untuk mengetahui penerimaan atau pengeluaran yang belum dicatat oleh perusahaan.
Dalam membuat rekonsiliasi laporan bank perlu diketahui bahwa yang direkonsiliasikan adalah catatan perusahaan dan bank, sehingga harus dibuat perbandingan antara keduanya agar dapat diketahui perbedaan-perbedaan yang ada. Perbandingan ini dilakukan dengan cara debit rekening kas dibandingkan dengan kredit catatan bank yang bisa dilihat laporan bank kolom penerimaan, dan kredit rekening kas dibandingkan dengan debit catatan bank yang bisa dilihat dari laporan bank kolom pengeluaran. Biasanya laporan bank diterima bulanan dan akan direkonsiliasikan dengan catatan kas.
Terdapat dua catatan kas dalam perusahaan yaitu:
a.       Akun kas pada buku besar umum perusahaan.
b.      Laporan bank, yang menunjukkan penerimaan dan pembayaran kas yang dilakukan melalui bank.

Pembukuan dan pelaporan bank biasanya menunjukkan saldo kas yang berlainan. Perbedaan karena adanya perbedaan waktu pencatatan transaksi.

 Alasan diperlukan Penyusunan Rekonsiliasi Bank
Penyusunan rekonsiliasi bank sangat diperlukan dalam sebuah perusahaan karena  beberapa alasan yaitu:
a. Untuk mengetahui jumlah selisih saldo kas dari laporan bank yang saldo kasnya berbeda pada pembukuan perusahaan.
b. Untuk mengetahui sebab-sebab apa saja sehingga dapat terjadinya selisih saldo kas pada catatan bank dan perusahaan.
c. Cara agar kita dapat mengetahui saldo kas yang sama (benar) akibat dari perbedaan saldo kas yang terjadi karena perbedaan catatan antara catatan bank dan perusahaan.

Hal-hal yang menimbulkan perbedaan antara saldo menurut catatan kas dengan saldo menurut laporan bank dapat digolongkan sebagai berikut :

1)      Elemen-elemen yang oleh perusahaan sudah dicatat sebagai penerimaan uang tetapi belum dicatat oleh bank.
a.       Setoran yang dikirimkan ke bank pada akhir bulan tetapi belum diterima oleh bank sampai bulan berikutnya (setoran dalam perjalanan/deposit in transit).
b.      Setoran yang diterima oleh bank pada akhir bulan, tetapi dilaporkan sebagai setoran bulan berikutnya, karena laporan bank sudah terlanjur dibuat (setoran dalam perjalanan/deposit in transit).
c.       Uang tunai yang tidak disetorkan ke bank (cash on hand).
d.       Non Sufficient Check (NSC) yaitu cek yang tidak cukup dananya untuk diuangkan.
2)      Elemen-elemen yang sudah dicatat sebagai penerimaan oleh bank tetapi belum dicatat oleh perusahaan.
a.       Bunga yang diperhitungkan oleh bank terhadap simpanan, tetapi belum dicatat dalam buku perusahaan (jasa giro).
b.      Penagihan wesel oleh bank, sudah dicatat oleh bank sebagai penerimaan tetapi perusahaan belum mencatatnya.
3)      Elemen-elemen yang sudah dicatat oleh perusahaan sebagai pengeluaran tetapi bank mencatatnya sebagai pengeluaran.
a.      Cek-cek yang beredar (outstanding cheque) yaitu cek yang sudah dikeluarkan oleh perusahaan dan sudah dicatat sebagai pengeluaran kas tetapi oleh yang menerima belum diuangkan ke bank sehingga bank belum mencatatnya sebagai pengeluaran.
b.      Cek yang sudah ditulis dan sudah dicatat dalam jurnal pengeluaran uang tetapi ceknya belum diserahkan kepada yang dibayar maka cek tersebut belum merupakan pengeluaran oleh karena itu jurnal pengeluaran kas harus dikoreksi pada akhir periode (cheque on hand).
4)       Elemen-elemen yang sudah dicatat oleh bank sebagai pengeluaran tetapi belum dicatat oleh perusahaan.
a.       Cek dari langganan yang ditolak oleh bank karena kosong tetapi belum dicatat oleh perusahaan.
b.      Bunga yang diperhitungkan atas overdraft (saldo kredit kas) tetapi belum dicatat oleh perusahaan.
c.       Biaya jasa bank yang belum dicatat oleh perusahaan.


KASUS
PT Apes pada 30 Juli memperlihatkan saldo kas sebesar Rp 7.600 di pembukuannya. Sedangkan  laporan bank X pada bulan Juli  memperlihatkan saldo akhir sebesar Rp  7.800. Pemeriksaan atas perbedaan saldo tersebut menemukan pos-pos rekonsiliasi berikut:
1. Deposito yang dikirim pada tanggal 30 Juli senilai Rp 200 belum muncul dalam rekening koran
2. Cek-cek yang ditulis PT Apes senilai Rp 500 selama bulan Juli belum tercantum pada laporan bank
3. Bank mengurangi saldo PT Apes  untuk biaya administrasi bulan Juli sebesar Rp 50 dan PT Apes belum mencatatnya
4. Jasa giro bank sebesar Rp 100 pada bulan Juli belum di catat PT Apes
5. Bank  mengembalikan cek pelanggan PT Apes senilai Rp 250 karena bank memperlakukan cek ini sebagai cek kosong
6. PT Apes menemukan transaksi senilai Rp 350 pada bulan Juli untuk membayar hutang yang seharusnya sebesar 250 dalam pembukuan PT Apes


JAWABAN
Rekonsiliasi antara saldo bank dan pembukuan PT Apes terlihat sebagai berikut:
PT Apes
Rekonsiliasi Bank
Bank X, 30 Juli 2010
Saldo per laporan bank (akhir periode) Rp  7.800
Ditambah: Deposito dalam Perjalanan (1) 200
8.000
Dikurangi: Cek yang Beredar (2) 500
Saldo kas Rp 7.500

Saldo per pembukuan Rp 7.600
Ditambah: Jasa Giro (4) Rp 100
Kesalahan Pencatatan (6) 100 200
7800
Dikurangi: Beban Administrasi (3) 50
Cek Kosong (5) 250 300
Saldo kas Rp 7.500

Saldo kas setelah rekonsiliasi bank sebesar Rp 7.500, dan ayat jurnal yang dibutuhkan untuk mengkoreksi kesalahan atau menyesuaikan pencatatan PT Apes pada awal Agustus 2010 atas ketidakcocokan (diambil dari pos-pos pada bagian saldo per buku)
Kas                                                                 100
        Jasa Giro/Pendapatan Bunga                      100
(untuk mencatat pendapatan bunga)

Kas                                                                 100
        Hutang Usaha                                                   100
(untuk mencatat kesalahan pencatatan)

Beban Bank                                                50
        Kas                                                                         50
(untuk mencatat beban bank bulan Juli)

Piutang Usaha                                           250
        Kas                                                                         250
(untuk mencatat cek  pelanggan yang dikembalikan)
PIUTANG
Piutang merupakan tagihan / klaim terhadap pelanggan yang timbul dari penjualan barang-barang atau jasa secara kredit tanpa disertai janji tertulis secara formal.
 Jenis – Jenis Piutang
Piutang pada umumnya dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :
1.       Piutang Dagang / Usaha(Account Receivable)
Piutang dagang dapat terjadi karena adanya transaksi penjualan secara kredit kepada pihak lain/perusahaan lain.
Biasanya dapat ditagih dalam waktu 30 s/d 60 hari yang merupakan piutang terbuka.
2.       Wesel Tagih (Notes receivable)
Janji tertulis  bersayarat dari satu pihak ke pihak lain untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa yang akan datang.
Wesel tagih dibuat oleh pihak debitur (yang berutang) kepada kreditor (yang memberi hutang) untuk membayar sejumlah uang tertentu yang sudah tertera dalam surat perjanjian. Jangka waktu minimal 60 hari.
3.       Piutang Lain-lain
Piutang yang tidak termasuk ke dalam Piutang usaha maupun wesel tagih. Misalnya : Pinjaman kepada pejabat perusahaan, pinjaman kepada karyawan maupun pinjaman kepada pihak lain yang tidak berkaitan dengan usaha.

Perbedaan Jenis Piutang
Piutang Usaha/Dagang Piutang Wesel Piutang Lain-lain
Jangka waktu kurang dari 1 tahun, 2/10,n/30 Jangka waktu bermacam-macam, pd umumnya 60 hari Jangka waktu lebih dari 1 tahun,
Dimasukkan dalam aktiva lancar Bagian yang jatuh temponya dalam waktu 1 tahun dimasukkan ke dalam aktiva lancar, sedangkan lebih dari 1 tahun di masukkan ke dalam piutang jangka panjang termasuk piutang jangka panjang
Berkaitan dengan operasi utama perusahaan sehingga harus dapat ditagih Mensyaratkan adanya jaminan pelunasan, sehingga jika saat jatuh tempo tidak dapat melunasi maka jaminan tersebut dapat dijual Tidak berkaitan dengan kegiatan operasi sehari-hari. Biasanya dilaporkan ke dalam kelompok aktiva tidak lancar.


Penyisihan dan Penghapusan Piutang
Ada dua metode dalam melakukan pengakuan Piutang tak tertagih, yaitu Metode Penghapusan (write-off) dan Metode Penyisihan (Pencadangan) - Bad debt allowance.

Metode Penghapusan Piutang (Write-off)
Metode ini langsung menghapus piutang yang dinilai tidak dapat tertagih lagi, yaitu dengan langsung membebankan piutang yang dihapus dan mengkreditkan Piutang tersebut.
Contoh:
Manajemen Perusahaan menghapus Piutang Usahanya sebesar 1.000.000 karena sudah benar-benar tidak dapat tertagih lagi. Maka jurnalnya adalah:
Beban penghapusan piutang [D] 1.000.000
Piutang [K] 1.000.000

Metode Cadangan Piutang (Bad debt allowance)
Metode ini dilakukan dengan cara membentuk cadangan atas piutang yang diperkirakan tidak akan tertagih. Berbeda dengan metode penghapusan piutang langsung, metode ini tidak langsung "membuang" piutang yang diperkirakan tidak tertagih tersebut. Dengan metode ini maka di laporan keuangan akan muncul saldo Cadangan Kerugian Piutang, biasanya disajikan dengan angka minus di bawah Piutang Usaha, atau bisa juga disajikan secara net-off dengan Piutang Usaha.
Contoh:
Manajemen mencadangkan Piutang Usaha sebesar 1.000.000 atas Piutang Usaha yang kemungkinan besar tidak dapat tertagih lagi.
Beban cadangan piutang tak tertagih [D] 1.000.000
Cadangan piutang tak tertagih [K] 1.000.000
Dalam menentukan besaran pencadangan piutang, manajemen memiliki beberapa cara antara lain:
Persentase penjualan, dari pengalaman yang dimiliki perusahaan biasanya mereka memiliki persentase atas piutang usaha yang tidak tertagih.
Analisa Umur, cara ini dilakukan dengan menganalisa umur dari masing-masing Piutang. Manajemen biasanya membuat batasan untuk umur piutang. Misal: Perusahaan akan mencadangkan Piutang yang berumur lebih dari 2 tahun.
Penghapusan Piutang yang di cadangkan, Misal dari yang dicadangkan sebesar 1.000.000, ada piutang sebesar 400.000 yang benar-benar tidak tertagih dan harus dihapus, jurnal yang dibuat:
Cadangan piutang tak tertagih [D] 400.000
Piutang [K] 400.000

Piutang Yang Dihapus Dibayar (Tertagih)
Bagaimana jika Piutang yang sudah terhapus ternyata dibayarkan oleh customer? Maka Piutang harus dimunculkan lagi terlebih dahulu baru kemudian dibuat jurnal pembayaran Piutangnya.
Contoh:
Dari 400.000 Piutang yang telah dihapuskan oleh Perusahaan ternyata dilunasi 200.000, jurnal yang muncul adalah sebagai berikut:
Piutang [D] 200.000
Cadangan piutang tak tertagih [K] 200.000

Kas / Bank [D] 200.000
Piutang [K] 200.000

KASUS 2
Metode Cadangan Penyisihan Piutang
Pada tanggal 31 Desember 2012 perkiraan saldo piutang sebesar Rp 10.000.000. kerugian ditetapkan sebesar 2% dari saldo piutang. Penyisihan piutang yang telah ada sebesar Rp 50.000
Maka :Penyisihan piutang yang ditetapkan pada 31 desember 2012 = 2% x 10.000.000 = 200.000
Penyisihan piutang yang telah ada      =    50.000
  Kerugian piutang                  =  150.000

Jurnal penyesuaian pada 31 desember 2012
  Kerugian piutang                  Rp 75.000
            Penyisihan piutang diragukan Rp 75.000

Metode Penghapusan Langsung
Pada tanggal 1 April 2013 perusahaan A yang mempunyai piutang sebesar Rp 1.000.000 terhadap perusahaan B dinyatakan bangkrut. Maka pada tanggal tersebut jurnal yang dibuat untuk penghapusan piutangnya adalah sebagai berikut :
Kerugian piutang        Rp 1.000.0000
            Piutang dagang           rp 1.000.000
Jika kemudian perusahaan A berniat ingin membayar utangnya, maka jurnal yang dibuat :
Piutang dagang           Rp 1.000.000
            Kerugian piutang        Rp 1.000.000


PERSEDIAAN
- Persediaan (Inventory), merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi yang cukup penting dalam suatu perusahaan, baik itu perusahaan dagang maupun perusahaan industri (manufaktur), apalagi perusahaan yang bergerak di semua bidang, hampir 50% dana perusahaan akan tertanam dalam persediaan yaitu untuk membeli barang yang siap untuk di jual.
- Persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam operasi bisnis normal, atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam membuat barang yang akan dijual.
Pengertian persediaan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2011;14.5), persediaan diartikan sebagai berikut : Persediaan adalah aset : a. Tersedia untuk di jual dalam kegiatan usaha biasa b. Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk di gunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Harga Pokok Penjualan
Tujuan pokok akuntansi persediaan adalah menetapkan secara layak hasil usaha selama satu periode dengan mengaitkan pendapatan terhadap biaya untuk memperoleh dan mempertahankan penghasilan tersebut. Dalam akuntansi persediaan harus ditentukan apakah suatu persediaan merupakan beban atau merupakan aktiva. Jika persediaan telah terjual maka persediaan tersebut akan dilaporkan sebagai beban atau merupakan komponen dari harga pokok penjualan, sebaliknya jika persediaan tersebut masih merupakan milik perusahaan (belum terjual) maka akan dilaporkan sebagai aktiva lancar perusahaan.
Sistem Pencatatan Persediaan
Terdapat dua sistem pencatatan Persediaan:
1. Sistem pencatatan Persediaan Perpetual
2. Sistem Pencatatan Persediaan secara periodik

Sistem Pencatatan Persediaan secara perpetual
Sistem pencatatan Persediaan secara perpetual melakukan pencatatan Biaya Persediaan secara terus menerus ke pembukuan. Setiap perubahan dalam Persediaan langsung dicatat dengan mendebit atau mengkredit akun Persediaan. Teknik pencatatan apabila menggunakan sistem ini adalah:
1. Setiap terjadi pembelian barang, akun Persediaan didebit
2. Apabila terjadi pembayaran ongBiaya masuk, menerima diskun tunai atas pembelian, atau pengembalian dan penyisihan penjualan, maka nilai transaksi langsung dicatat ke akun Persediaan, bukan ke akun khusus untuk mencatat peristiwa-peristiwa itu.
3. Setiap terjadi penjualan barang, maka akun Persediaan di kreditkan dan akun Biaya dari barang terjual (Cost of Goods Sold) didebitkan
4. Setiap jenis Persediaan dibuatkan kartu Persediaan yang berfungsi sebagai buku pembantu (subsidiary ledger) dari akun Persediaan.
Sistem Persediaan perpetual mencatat mutasi Persediaan secara terus menerus ke akun Persediaan sehingga posisi Persediaan tetap bisa diketahui setiap saat. Untuk menghasilkan pengendalian yang baik, maka sistem pencatatan Persediaan secara perpetual bisa digunakan.

Sistem Pencatatan Persediaan secara periodik
Sistem ini mencatat mutasi (perubahan) terhadap saldo Persediaan ke masing-masing akun yang menunjukkan transaksinya, bukan ke akun Persediaan. Teknik pencatatan apabila menggunakan sistem ini adalah:
1. Setiap terjadi pembelian barang Biaya Persediaan dicatat ke akun Pembelian.
2. Apabila terjadi pembayaran ongBiaya masuk, menerima diskun tunai atas pembelian, atau pengembalian dan penyisihan penjualan, maka nilai transaksi langsung dicatat ke akun masing-masing (Akun biaya angkut pembelian, diskun pembelian, akun retur dan penyisihan pembelian) bukan ke akun Persediaan.
3. Setiap terjadi penjualan barang, maka akun Persediaan tidak dikreditkan.
4. Untuk menghitung Biaya dari barang yang terjual (Cost of Goods Sold), maka  harus dilakukan perhitungan sebagai berikut:


Biaya dari barang terjual (Cost of Goods Sold)
Persediaan awal periode (Beginning Balance)               xxx
Pembelian (Purchases)                                      xxx
Retur pembelian (Purchase Return) (xxx)
Diskun pembelian (Purchase Discount)           (xxx)
Biaya angkut (Freight In)                                    xxx +
Pembelian neto (Net Purchase)                        xxx+
Barang tersedia untuk dijual                             xxx
(Goods Available for sale)
Persediaan akhir Periode (Ending Balance)    (xxx)
Biaya dari barang terjual (Cost of Goods Sold)               xxx
5. Persediaan akhir diketahui jumlahnya hanya dengan melakukan perhitungan fisik.
6. Dibuat jurnal untuk menutup/menyesuaikan saldo Persediaan akhir ke neraca dan menutup akun-akun pembelian, retur pembelian, biaya angkut pembelian.



KASUS 3

Dewan direksi Ichiro Corporation sedang mempertimbangkan apakah akan menginstruksikan departemen akuntansi untuk beralih dari persediaan first-in, first-out (FIFO) ke last-in, fisrt-out (LIFO). Informasi berikut telah disediakan.
Penjualan                                            21.000 unit      @       $50
Persediaan 1 Januari                          6.000 unit      @          20
Pembelian                                            6.000 unit      @          22
                                                              10.000 unit      @          25
                                                                7.000               @         30
Persediaan akhir 31 Desember           8.000 unit       @             ?
Beban Operasi                         $200.000

Diminta: Buatlah Laporan laba-rugi ringkas untuk tahun berjalan menurut metode FIFO dan LIFO bagi tujuan komparatif.





Jawaban:
Metode FIFO ( Perpetual )
Pembelian Penjualan Saldo
6.000 unit @ $ 20 $ 120.000
6.000 unit @ $ 20 $ 120.000
6.000 unit @ $ 22   $  132.000 6.000 unit @ $ 22 $  132.000
10.000 unit @ $ 25 $ 250.000 10.000 unit @ $ 25 $ 250.000
7.000 unit @ $ 30 $ 210.000 7.000 unit @ $ 30 $ 210.000
6.000 unit @ $ 20 $ 120.000
6.000 unit @ $ 22 $  132.000
9.000 unit @ $ 25 $ 225.000
21.000 unit $ 477.000 1.000 unit @ $ 25 $ 25.000
7.000 unit @ $ 30 $ 210.000
8.000 unit $ 235.000


Metode FIFO ( Periodik )

Tanggal Jumlah Unit Biaya Per Unit Total Biaya
7.000 $ 30 $ 210.000
1.000 $ 25 $ 25.000
Persediaan Akhir 8.000 $ 235.000



Biaya barang yang tersedia =             $ 712.000
Dikurangi Persediaan Akhir =              (235.000)
                     HPP              =             $ 477.000


Ichiro Corporation
Laporan Laba/Rugi Komprehensif (FIFO)

Per 31 Desember 2013
                  Penjualan           $   1.050.000
                  HPP                           (477.000)
                  Margin Kotor      $    573.000
                  Beban Operasi         (200.000)
                  Laba Bersih          $    373.000
                           



ASET TETAP
Yang dimaksud dengan aktiva tetap adalah kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan, yang dimana kekayaan tersebut didapatkan dalam bentuk siap pakai atau telah dibangun terlebih dahulu, sifatnya permanen dan dapat digunakan dalam kegiatan normal perusahaan untuk jangka waktu yang relatif panjang serta memiliki nilai cukup material.
Aktiva tetap yaitu sumber daya ekonomi yang didapatkan dan dikuasai oleh perusahaan sebagai hasil dari transaksi masa lalu, salah satunya yaitu aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan dalam kegiatan operasionalnya dalam menghasilkan produk atau jasa.
Karakteristik aktiva tetap
Adapun karakteristik dari aktiva tetap diantaranya sebagai berikut di bawah ini:
Tidak untuk di jual kembali.
Memiliki wujud fisik.
Memiliki nilai material, harga dari aset cukup signifikan misalnya seperti: harga tanah, harga mesin, harga bangunan dan lain sebagainya.
Memiliki periode manfaat dengan jangka waktu yang panjang (lebih dari 1 tahun).
Dapat memberikan banyak manfaat di masa yang akan datang.
Aset dapat digunakan secara efektif dalam aktivitas normal perusahaan (tidak untuk di jual kembali seperti halnya produk, persediaan dan investasi).
Dimiliki oleh perusahaan tidak sebagai investasi.
Aktiva tetap berdasarkan sifatnya dan Contohnya
1.  Aktiva tetap berwujud
Yang dimaksud dengan aktiva tetap berwujud (tangible fixed assets) yaitu merupakan aktiva tetap yang memiliki bentuk fisik, terdapat 3 (tiga) jenis aktiva tetap berwujud, diantaranya seperti di bawah ini:
Yang pertama, aktiva yang merupakan sumber dari penyusutan atau depresiasi, contohnya seperti: bangunan atau gedung, peralatan, kendaraan, inventaris, mesin-mesin produksi dan lain sebagainya.
Yang kedua, aktiva yang merupakan sumber dari deplesi atau penyusutan, contohnya seperti: tambang mineral, mineral deposits atau sumber alam dan lain sebagainya. Sumber alam atau tambang dapat habis melalui kegiatan-kegiatan eksploitasi pada sumber-sumber tersebut, oleh sebab itu sumber alam harus dapat dialokasikan kepada periode-periode yang dimana sumber alam atau tambang tersebut dapat memberikan hasilnya.
Yang ketiga, aktiva yang tidak mengalami penyusutan atau tidak mengalami deplesi, contohnya seperti: tempat atau tanah dimana bagunan perusahaan di dirikan dan lain sebagainya.
2. Aktiva tetap tidak berwujud
Sedangkan yang dimaksud dengan aktiva tidak berwujud (Intangible Assets) yaitu merupakan aktiva yang tidak memiliki wujud fisik, akan tetapi memiliki manfaat yang besar untuk perusahaan yang dinyatakan dalam bentuk jaminan tertentu, contohnya seperti: hak cipta, hak paten, hak monopoli, biaya untuk riset, merek dagang, biya untuk mendirikan perusahaan dan lain sebagainya.
Itulah dibagian atas penjelasan mengenai pengertian aktiva tetap, jika dalam pembahasan ini terdapat suatu kekurangan atau kesalahan perbaiki saja oleh kamu sendiri, dan kalau penjelasan ini memiliki manfaat mohon untuk dimen- Share ke sahabat kamu yang lainnya.

KASUS 4
Pada tanggal 2 April Perusahaan membeli mesin seharga Rp. 10.000, dengan biaya angkut sebesar Rp. 2.500. Diestimasikan memiliki masa manfaat selama 5 tahun dengan nilai residu RP. 1.550.
1.      Metode Garis Lurus
Diketahui:
Harga Beli : Rp. 10.000
Biaya Pengiriman : Rp.   2.500 +
Harga Perolehan : Rp. 12.500
Masa Manfaat/ Umur Ekonomis : 5 tahun
Nilai Residu/ Nilai Sisa : Rp. 1.550
Tabel:
Tahun Harga Perolehan Beban Depresiasi Akumulasi Penyusutan Nilai Buku
1 12.500 2.190 2.190 10.310
2 12.500 2.190 4.380 8.120
3 12.500 2.190 6.570 5.930
4 12.500 2.190 8.760 3.740
5 12.500 2.190 10.950 1.550


Jurnal Tahun 1.
Beban Penyusutan Rp. 2.190
Akumulasi Penyusutan Rp. 2.190
Jurnal untuk tahun ke-dua, ke-tiga, dst, selalu sama karena beban depresiasinya sama.

2.      Metode Saldo Menurun
Tabel:
Tahun Harga Perolehan x Tarif Beban Depresiasi Akm. Depresiasi Nilai Buku
1 12.500               x 40% 5.000 5.000 7.500
2 7.500                 x 40% 3.000 8.000 4.500
3 4.500                 x 40% 1.800 9.800 2.700
4 2.700                 x 40% 1.080 10.880 1.620
5 1.620                 x 40% 70 10950 1.550




Jurnal:
-          Tahun 1
Beban penyusutan Rp. 5.000
Akumulasi Penyusutan Rp. 5.000
-          Tahun 2
Beban Penyusutan Rp. 3.000
Akumulasi Penyusutan Rp. 3.000

3.      Metode Jumlah Angka Tahun

Perusahaan XYZ membeli mesin dengan harga Rp. 25.000.000. Diestimasikan memiliki Umur ekonomis selama 4 tahun tanpa nilai sisa. Jawab:
Tabel:
Tahun Dasar Depresiasi x Tarif Beban Depresiasi Akm. Depresiasi Nilai Buku
1 25.000.000 x 4/10 10.000.000 10.000.000 15.000.000
2 25.000.000 x 3/10 7.500.000 17.500.000 7.500.000
3 25.000.000 x 2/10 5.000.000 22.500.000 2.500.000
4 25.000.000 x 1/10 2.500.000 25.000.000 0

Jurnal Tahun 1:
Beban Penyusutan Rp. 10.000.000
Akm. Penyusutan Rp. 10.000.000
Jurnal Tahun 2:
Beban Penyusutan Rp. 7.500.000
Akm. Penyusutan Rp. 7.500.000



LIABILITAS
Liabilitas (liabilities/pasiva) adalah kewajiban membayar kepada pihak lain yang disebabkan oleh tindakan/transaksi sebelumnya. Berdasarkan jangka waktu pelunasannya.
Liabilitas diklasifikasikan kedalam tiga kelompok yaitu kewajiban lancar, kewajiban jangka panjang, dan kewajiban lain-lain.

1. Liabilitas lancar
Liabiiitas lancar/utang lancar/utang jangka pendek (current libialities) adalah kewajiban yang harus dilunasi dalam waktu tidak lebih dari satu tahun atau sikius normal operasi perusahaan sebagai berikut :
a)      Utang usaha
Utang usaha (account payable) adalah kewajiban yang harus dilunasi karena pembelian barang/jasa secara kredit.
b)     Utang wesel
Utang wesel/wesel bayar (notes payable) adalah janji tertulis untuk membayar kepada pihak lain dalam jumlah tertentu dan pada tanggal yang telah ditetapkan
c)      Utang beban
Utang beban adalah kewajiban memhayar karena perusahaan sudah menerima manfaatnya, seperti uang bunga (interest payable) dan utang sewa (rent payable).
d)     Pendapatan diterima di muka
Pendapatan diterima di muka adalah pendapatan yang belum merupakan hak, tetapi sudah diterima pembayarannya, Contohnya sewa diterima di muka dan bunga diterima di muka.

2. Liabilitas Jangka Panjang
Liabilitas jangka panjang/utang jangka pajang (long term debt) adalah liabilitas yang dilunasi dalam waktu lebih dari satu tahun atau satu siklus normal operasi perusahaan.
Jenis habilitas jangka panjang, antara lain sebagai berikut.
a)      Utang hipotek
Utang hipotek (mortage payable) adalah pinjaman jangka panjang dengan jaminan aktiva tetap.
b)     Utang obligasi
Utang obligasi (bond payable) adalah pinjaman jangka panjang yang timbul karena perusahaan menjual/mengeluarkan surat-surat obligasi. Obligasi adalah surat bukti yang menyatakan bahwa pemegang obligasi meminjamkan sejumlah uang kepada perusahaan yang mengeluarkan obligasi tersebut. Pemegang obligasiakan mendapatkan bunga tetap secara berkala yang disebut kupon.
c)      Kredit investasi
Kredit investasi adalah pinjaman jangka panjang yang diterima dari bank atau lembaga keuangan lain yang digunakan untuk perluasan perusahaan
3. Liabilitas Lain-lain
Kewajiban/utang lain-lain adalah meliputi semua kewajiban yang tidak sesuai untuk diklasifikasikan sebagai liabilitas lancar dan liabilitas jangka panjang. Misalnya, uang jaminan yang daterima dari pelanggan,

KASUS 5
Biaya garansi dan Jaminan
PT. ABC dalam bulan Maret 2013 memproduksi mesin baru, dan menjual 100 unit mesin dengan harga $5.000 per unit pada akhir tahun, 31 Des 2013.  Setiap mesin mendapat jaminan satu tahun dan perusahaan telah memperkirakan, dari pengalaman masa lalu dengan mesin serupa, bahwa biaya jaminan mungkin rata-rata $200 per unit.
Selanjutnya, sebagai akibat dari penggantian suku cadang dan servis yang diberikan sesuai dengan jaminan mesin, perusahaan mengeluarkan biaya jaminan $4.000 dalam tahun 2013 dan $16.000 dalam tahun 2014.
Buat jurnal yang diperlukan:

Penjualan 100 mesin, masing-masing $5.000, Maret s/d Desember 2013:
Piutang Usaha                    $500.000
        Penjualan                                                                  $500.000

Pengakuan beban jaminan, Maret s/d Desember 2013
Beban Garansi Produk                                      $4.000
        Utang jaminan         $4.000

Akrualkan biaya jaminan (tahun 2014)
Beban garansi produk                                      $16.000
        Taksiran kewajiban menurut jaminan     $16.000

Penggajian FICA
Asumsikan perusahaan kami juga memiliki para karyawan yang dibayar setengah bulanan pada tanggal 15 dan hari terakhir setiap bulan. Periode membayar karyawan ini adalah setengah bulan yang berakhir pada hari gajian. Ada satu karyawan gaji di departemen gudang dengan gaji kotor $ 48.000 per tahun, atau $ 2.000 per periode pembayaran. Ada empat karyawan gaji di Departemen Jual & Administrasi dengan gaji gabungan sebesar $ 9.000 per periode gaji.

Karena gaji karyawan dibayar pada hari terakhir bulan dan periode membayar mereka berakhir tepat di hari gajian, tidak perlu untuk bertambah untuk gaji pada akhir Desember (bulan kalender atau lainnya).Masuknya gaji gaji untuk periode kerja 16-31 Desember akan tanggal 31 Desember dan akan terlihat seperti ini:


Payroll Entri gaji # 1: Untuk merekam dan pemotongan gaji untuk periode kerja 16-31 Desember yang akan dibayarkan pada 31 Desember.

Tanggal Nama Akun Debet Kredit

31 Desember Beban Gaji: Pengiriman Departemen
2,000.00
Beban Gaji: Jual & Admin Dept
9,000.00
Hutang Pajak FICA
621.50
Inc federal pemotongan Pajak Hutang
1,800.00
Negara Inc pemotongan Pajak Hutang
400.00
401 (k) Hutang
200.00
Beban Kesehatan Ins: Pengiriman
40.00
Kesehatan Ins. Beban: Jual & Admin
200.00
United Way Hutang
100.00
Hutang Bersih Payroll
7,638.50

Selain gaji yang tercatat di atas, perusahaan telah dikeluarkan biaya tambahan yang berkaitan dengan penggajian gaji untuk periode ini semi-bulanan 16-31 Desember. Biaya ini harus disertakan dalam laporan keuangan Desember, seperti yang ditunjukkan dalam entri jurnal berikutnya:
Payroll gaji masuk # 2: Untuk merekam tambahan gaji-terkait beban bagi karyawan bergaji untuk periode kerja 16-31 Desember.

Tanggal Nama Akun Debet Kredit

31 Desember FICA Beban: Pengiriman
153.00
FICA Beban: Jual & Admin
688.50
401 (k) Beban: Pengiriman
20.00
401 (k) Beban: Jual & Admin
80.00
Hutang Pajak FICA
841.50
401 (k) Hutang
100.00



Beberapa pemotongan dan bagian majikan pada FICA disetorkan pada hari gajian, yang lain tidak karena sampai nanti. Beberapa pemotongan, seperti asuransi kesehatan, tercatat dalam Entri Payroll Gaji # 1 sebagai pengurangan biaya perusahaan. Kita akan mengasumsikan jumlah berikut ini dikirim pada hari gajian:

Payroll Masuk gaji # 3: Untuk merekam distribusi cek gaji karyawan digaji 'pada 31 Desember.(Pemeriksaan ini mencerminkan membayar dibawa pulang untuk gaji yang diperoleh selama periode kerja 16-31 Desember).

Tanggal Nama Akun Debet Kredit

31 Desember Hutang Bersih Payroll
7,638.50
Kas
7,638.50


Beberapa pemotongan dan majikan pencocokan FICA yang disetorkan pada hari gajian, yang lain tidak karena sampai nanti. Beberapa pemotongan, seperti asuransi kesehatan, dicatat sebagai pengurangan biaya perusahaan dalam Entri Payroll Gaji # 1. Kita akan mengasumsikan jumlah dalam Entri Payroll # 4 yang dikirimkan pada hari gajian.



Payroll Masuk gaji # 4: Untuk merekam pengiriman dari beberapa pemotongan gaji dan pencocokan perusahaan yang berkaitan dengan gaji karyawan selama periode kerja 15-31 Desember.

Tanggal Nama Akun Debet Kredit

31 Desember Hutang Pajak FICA
1,463.00
Inc federal pemotongan Pajak Hutang
1,800.00
Negara Inc pemotongan Pajak Hutang
400.00
401 (k) Hutang
300.00
United Way Hutang
100.00
Kas
4,063.00




OBLIGASI
Utang jangka panjang adalah kewajiban kepada pihak tertentu yang harus dilunasi dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi (1Th) dihitung dari tanggal pembuatan laporan posisi keuangan. Pembayaran dilakukan dengan kas namun dapat diganti dengan aset tertentu. Dalam operasional normal perusahaan, rekening utang jangka panjang tidak pernah dikenai oleh transaksi pengeluaran kas. Pada akhir periode akuntansi bagian tertentu dari uutang jangka panjang berubah menjadi uutang jangka pendek. Untuk itu harus dilakukan penyesuaian untuk memindahkan bagian utang jangka panjang yang jatuh tempo menjadi uutang jangka pendek.

Timbulnya Utang Jangka Panjang
Saat skala operasional perusahaan berkembang atau dalam membangun suatu perusahaan dibutuhkan sejumlah dana. Dana yang diperlukan untuk Investasi dalam aset tetap yang akan memberikan manfaat dalam jangka panjang sebaiknya diperoleh dari hutang jangka panjang atau dengan menambah modal. Dalam hal ini perusahaan memiliki dua pilihan yaitu menarik hutang jangka panjang misalnya obligasi atau menambah modal sendiri dengan mengeluarkan saham.
Ada beberapa kelebihan menarik utang jangka panjang melalui obligasi dibanding menambah modal sendiri dengan mengeluarkan saham.
1. Keuntungan menarik obligasi adalah pemegang obligasi tidak mempunyai hak suara dalam kebijakan perusahaan sehingga tidak mempengaruhi manajemen.
2. Bunga obligasi mungkin lebih rendah dibanding dividen yang harus dibayarkan kepada pemegang saham.
3. Bunga merupakan biaya yang dibebankan pada perusahaan yang dapat mengurangi kewajiban pajak sedangkan dividen adalah pembagian laba yang tidak dapat dibebankan sebagai biaya.
Sebaliknya juga terdapat hal yang kurang menguntungkan antara lain :
1. Bunga obligasi adalah beban tetap baik dalam keadaan perusahaan mendapat laba atau mengalami kerugian.
2. Jika perusahaan tidak mampu membayar obligasi yang jatuh tempo, pemegang obligasi tetap mempunyai hak untuk menuntut pengembalian obligasi sedangkan pemegang saham tidak mempunyai hak demikian karena pemegang saham adalah pemilik perusahaan yang turut bertanggung jawab menanggung resiko kerugian perusahaan.
Jenis Utang Jangka Panjang
Secara garis besar utang jangka panjang digolongkan pada dua golongan yaitu :

1. Utang Hipotik : Utang yang timbul berkaitan dengan perolehan dana dari pinjaman yang dijaminkan dengan aset tetap. Dalam penjanjian disebutkan harta peminjam yang dijadikan jaminan berupa tanah atau gedung. Jika peminjam tidak melunasi pada waktunya, pemberi pinjaman dapat menjual jaminan tersebut yang kemudian diperhitungkan dengan utang.

2. Utang Obligasi : Hutang yang timbul berkaitan dengan dana yang diperoleh melalui pengeluaran surat-surat obligasi. Pembeli obligasi disebut pemegang obligasi. Dalam surat obligasi dicantumkan nilai nominal obligasi, bunga pertahun, tanggal pelunasan obligasi dan ketentuan lain sesuai jenis obligasi tersebut.

Pelaporan utang obligasi pada neraca:
Utang Jangka Panjang:
Utang obligasi           xxx (nominal)
Premi utang obligasi  xxx
Nilai buku                 xxx

Utang Jangka Panjang:
Utang obligasi                xxx (nominal)
Diskonto utang obligasi  (xxx)
Nilai buku                      xxx


Amortisasi premi obligasi
Metode garis lurus = Premi obligasi : Umur obligasi//Sisa Umur

Metode bunga efektif:
Bunga efektif = Bunga efektif x Nilai buku obligasi
Amortsasi premi = Bunga obligasi – Bunga efektif

Nilai buku obligasi
= Nilai buku awal - Amortisasi premi

Amortisasi diskonto obligasi
Metode garis lurus = Diskonto obligasi : Umur obligasi//Sisa Umur

Metode bunga efektif:
Bunga efektif = Bunga efektif x Nilai buku obl

Amortsasi diskonto = Bunga efektif - Bunga oblig
Nilai buku obligasi= Nilai buku awal + Amortisasi diskonto

Bunga berjalan adalah bunga yang terjadi sejak tanggal pembayaran bunga terakhir sampai dengan tanggal penjualan/emisi obligasi.

KASUS 6
PT ABC menerbitkan 20.000 lembar (surat tanda utang) obligasi nominal 5.000. Jangka waktu 5 tahun, yaitu mulai tanggal 1 Januari 2011 s.d 1 Januari 2016. Bunga obligasi 8% per tahun dibayar setiap tanggal 1 januari dan 1 juli (4% per 6 bulan)
Tingkat suku bunga efektif (pasar) adalah 10% atau 5% per 6 bulan.
JAWABAN

i = 5%, n = 10 (1tahun 2x pembayaran, jadi kalau 5 tahun sama saja 10x pembayaran)
Present value nominal = (20.000 x 5.000) x 1/(1+5%)^10 = 61.391.000
Present value bunga = (4%x20.000×5.000) x (1-1(1+5%)^10)/5% = 30.837.000
Nilai Obligasi = 61.391.000 + 30.837.000 = 92.278.000 (lebih rendah dari 100.000.000) -> DISKONTO





Junrnal
Kas 92.278.000
Utang Obligasi 92.278.000


Tabel Amortisasi Diskonto Obligasi
Tanggal Kas/Utang Bunga (K) Beban Bunga 5% (D) Diskonto Obligasi (K) Nilai Buku Obligasi

01 Januari 2011 92.278.000
01 Juli 2011 4.000.000 4.613.900 613.900 92.891.900
01 Januari 2012 4.000.000 4.644.595 644.595 93.536.495
01 Juli 2012 4.000.000 4.676.825 676.825 94.213.320
01 Januari 2013 4.000.000 4.710.666 710.666 94.923.986
01 Juli 2013 4.000.000 4.746.199 746.199 95.670.185
01 Januari 2014 4.000.000 4.783.509 783.509 96.453.694
01 Juli 2014 4.000.000 4.822.685 822.685 97.276.379
01 Januari 2015 4.000.000 4.863.819 863.819 98.140.198
01 Juli 2015 4.000.000 4.907.010 907.010 99.047.208
01 Januari 2016 4.000.000 4.952.360 952.792 100.000.000
Jurnal pada tanggal 1 Juli 2011 :
Beban Bunga 4.613.900
Utang Obligasi 613.900
Kas 4.000.000
Jurnal pada saat pelunasan :
Utang Obligasi 100.000.000
Kas 100.000.000

Misal dari contoh sebelumnya diketahui tingkat bunga efektif (pasar) sebesar 6% (3 % per 6 bulan), maka
Present value nominal = (20.000 x 5.000) x 1/(1+3%)^10 = 74.409.000
Present value bunga = (4%x20.000×5.000) x (1-1(1+3%)^10)/6% = 34.121.000
Nilai Obligasi = 74.409.000 + 34.121.000 = 108.530.000 (lebih tinggi dari 100.000.000) ->PREMI
Kas 108.530.000
Utang Obligasi 108.530.000

Tabel Amortisasi Premi Obligasi
Tanggal Kas/Utang Bunga (K) Beban Bunga 3% (D) Premi Obligasi (K) Nilai Buku Obligasi

01 Januari 2011 108.530.000
01 Juli 2011 4.000.000 3.255.900 744.100 107.785.900
01 Januari 2012 4.000.000 3.233.577 766.423 107.019.477
01 Juli 2012 4.000.000 3.210.584 789.416 106.230.061
01 Januari 2013 4.000.000 3.186.902 813.098 105.416.963
01 Juli 2013 4.000.000 3.162.509 837.491 104.579.472
01 Januari 2014 4.000.000 3.137.384 862.616 103.716.856
01 Juli 2014 4.000.000 3.111.506 888.494 102.828.362
01 Januari 2015 4.000.000 3.084.851 915.149 101.913.213
01 Juli 2015 4.000.000 3.057.396 942.604 100.970.609
01 Januari 2016 4.000.000 3.029.118 970.882 100.000.000
Jurnal pada tanggal 1 Juli 2011 :
Beban Bunga 3.255.000
Utang Obligasi 745.000
Kas 4.000.000
Jurnal pada saat pelunasan :
Utang Obligasi 100.000.000
Kas 100.000.000
EKUITAS
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI ) atau PSAK (2002) pasal 49, ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Berbagai sumber yang lain mendefinisi ekuitas yang tidak berbeda denagn definisi menurut IAI. Ekuitas didefinisikan sebagai hak residual untuk menunjukkan bahwa ekuitas bukan kewajiban. Ini berarti ekuitas bukan pengorbanan sumber ekonomik masa datang. Karena didefinisi atas dasar asset dan kewajiban, nilai ekuitas juga bergantung pada bagaimana asset dan kewajiban diukur.
Komponen Ekuitas
Komponen ekuitas terdiri dari :
a.  Modal setoran (contributed capital),
terdiri dari modal yuridiksi (legal capital) yang dihitung berdasar nilai pari (par value) menunjukkan aktiva netto yang tidak dapat distribusikan. Kelebihan nilai diatas nilai nominal diakui sebagai agio saham (additional paid in capital)
b.   Laba Ditahan (retained earnings)
terdiri dari laporan laba rugi, penyesuaian periode sebelumnya, dan deviden
c.   Penyesuaian modal belum terealisasi (unrealized capital adjustment).



TEORI EKUITAS
Teori ekuitas adalah teori yang menjelaskan sudut pandang yang digunakan dalam akuntansi berkaitan dengan penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Teori ini membahas pihak yang dianggap paling dominan dan menjadi sudut pandang dalam pelaporan keuangan. Pemakaian sudut pandang yang berbeda dapat menghasilkan format pelaporan yang berbeda pula.
a.       Teori Propietary
Pada awalnya teori ini muncul sebagai perwujudan dari sistem pembukuan berpasangan. Teori ini memusatkan perhatiannya kepada pemilik. Persamaan akuntansi yang digunakan adalah : Aktiva-hutang = modal
Teori proprietary sangat cocok diterapkan untuk organisasi perusahaan perseorangan dan firma oleh karena dalam bentuk organisasi ini ada hubungan personal antara manajemen dengan pemilik.
b.      Teori Entitas (Kesatuan Usaha)
Teori entitas muncul untuk mengatasi kelemahan yang melekat pada teori proprietary. Terdapat pemisahaan antara kepentingan pribadi pemilik dengan kepentingan perusahaan. Dengan demikian, transaksi / kejadian yang dicatat dan dipertanggungjawabkan adalah transaksi yang melibatkan perusahaan. Perusahaan dianggap bertindak atas nama dan kepentingannya sendiri terpisah dari pemilik. Persamaan akuntansinya : Aktiva = Hutang + Modal atau Aktiva = Modal (Hutang + Modal Pemilik)
Teori entitas cocok diterapkan untuk organisasi yang berbentuk perseroan terbatas, tetapi juga relevan untuk perusahaan lain yang memiliki eksistensi yang terpisah dari individu pemilik.
Ada dua versi teori entittas, yaitu:
•         Versi Tradisional Menurut pandangan tradisional, perusahaan beroperasi untuk pemegang ekuitas yaitu pihak yang memberi dana bagi perusahaan. Dengan demikian, perusahaan harus melaporkan status investasi dan konsekuensi investasi yang dilakukan pemilik. Melihat pemegang ekuitas sebagai partner dalam kegiatan usaha yand dijalankan.
•         Versi Baru Pandangan ini menyatakan bahwa perusahaan beroperasi atas namanya sendiri dan berkepentingan terhadap kelangsungan hidupnya sendiri. Melihat pemegang ekuitas sebagai pihak di luar perusahaan.
c.       Teori Ekuitas Residual William Paton ( 1962 )
Menyatakan bahwa ekuitas residual merupakan salah satu jenis ekuitas dalam kerangka teori entitas. Pemegang saham memiliki ekuitas di perusahaan seperti pemegang ekuitas lainnya, tetapi pemegang saham tidak dianggap sebagai pemilik. Jadi teori ekuitas residual merupakan pandangan antara teori proprietary dan teori entitas. Dalam pandangan ini persamaan akuntansinya menjadi : Aktiva – Ekuitas khusus = Ekuitas Residual
Tujuan pendekatan teori ekuitas residual adalah memberikan informasi yang lebih baik kepada pemegang saham biasa dalam rangka pengambilan keputusan investasi.
d.      Teori Enterprise
Teori enterprise suatu perusahaan merupakan konsep yang lebih luas dibandingkan teori entitas, tetapi kurang terdefinisikan dengan baik dalam skope maupun aplikasinya. Dalam teori ini, perusahaan dipandang sebagai unit ekonomi terpisah yang dioperasikan dalam rangka memberikan manfaat bagi pemegang saham, sedangkan dalam teori entreprise, perusahaan dipandang sebagai lembaga sosial yang dioperasikan dalam rangka memberikan manfaat bagi banyak pihak yang berkepentingan. Konsep ini cocok diterapkan skala besar dan modern dan memiliki kewajiban untuk mempertimbangkan pengaruh dari tindakannya kepada beberapa kelompok dan masyarakat secara keseluruhan. Konsep income yang paling relevan dengan teori enterprise adalah laporan keuangan nilai tambah yaitu laporan keuangan yang menunjukkan kontribusi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan didalam menghasilkan nilai tambah perusahaan.
e.      Teori Dana
Teori dana mengabaikan asumsi hubungan personal dalam teori proprietary dan asumsi personifikasi perusahaan sebagai unit ekonomi legal secara artifisal dalam teori entitas. Teori dana berdasarkan pada persamaan akuntansi sebagai berikut : Aktiva = Restriksi Aktiva
Konsep teori dana banyak digunakan di sektor pemerintahan dan lembaga nir-laba. Di dalam pemerintahan dana yang umumnya digunakan meliputi dana umum , dana pendapatan khusus, dana proyek, dan dana pelunasan hutang jangka panjang.
 Laporan Nilai Tambah (Value Added) Sebagai Pelengkap Laporan Keuangan
Laporan nilai tambah menunjukkan pendapatan suatu perusahaan sebagai suatu kesatuan usaha dan bagaimana nilai tambah ini didistribusikan kepada kelompok – kelompok yang menyumbangkan terciptanya nilai tambah tersebut. Laporan nilai tambah memandang bahwa kegiatan suatu perusahaan tidak lain adalah usaha kolektif dari beberapa kelompok orang, yaitu pemegang saham, kreditur, pegawai perusahaan dan pemerintahan.
a.       Konsep Nilai Tambah
Konsep nilai tambah secara umum dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara penghasilan kotor yang diterima oleh suatu perusahaan dari hasil penjualan produk dan jasa dengan jumlah uang yang dibayarkan untuk membeli bahan baku dan jasa lain yang disediakan oleh pemasok dari luar perusahaan.

b.      Metode penentuan Nilai Tambah Ekuitas
Terdapat dua metoda dalam menghitung besarnya nilai tambah, antara lain :
•         Metode Substraktif
Yaitu dengan menghitung besarnya nilai penjualan kotor perusahaan, atau dengan cara hasil penjualan dikurangi dengan beban input yang terdiri dari bahan baku atau jasa yang dibeli dari luar perusahaan yang dipakai untuk menghasilkan penjualan tersebut.
•         Metode Aditif
Di mana nilai tambah perusahaan dihitung dari laporan laba operasi, atau dengan cara menjumlahkan semua input produksi yang berasal dari modal dan tenaga kerja dalam menghasilkan penjualan.


KASUS 7
Berikut adalah sebagian dari neraca perusahaan:
Ekuitas pemegang saham
Modal disetor
Saham biasa (nilai pari Rp 1.000,-; sebanyak 10.000 lembar) 10.000.000
Tambahan modal disetor saham biasa 10.000.000
Total modal disetor   20.000.000
Laba ditahan 6.000.000
Ekuitas pemegang saham   26.000.000

Lakukan penjurnalan atas transaksi berikut ini
a. Dilakukan penarikan saham biasa sebanyak 3.000 lembar dengan harga Rp 3.000,-
b. Saham treasuri dijual sebanyak 500 lembar dengan harga Rp 2.000,-
c. Saham treasuri dijual sebanyak 700 lembar dengan harga Rp 3.200,-
d. Saham treasuri dijual sebanyak 1.000 lembar dengan harga Rp 2.500,-
Bila perusahaan menggunakan metode biaya sebagai dasar pengakuan saham treasuri.
JAWABAN
a.    Saham treasuri (3.000 x 3.000) 9.000.000
Kas 9.000.000
b.    Kas (500 x 2.000) 1.000.000
Laba ditahan    500.000
Saham treasuri (500 x 3.000) 1.500.000
c.    Kas (700 x 3.200) 2.240.000
Saham treasuri (700 x 3.000)  2.100.000
Tambahan modal disetor, saham treasuri     140.000
d.      Kas (1.000 x 2.500)  2.500.000
Tambahan modal disetor, saham treasuri     140.000
Laba ditahan     360.000
Saham treasuri (1.000 x 3.000)  3.000.000


2. Berdasarkan soal diatas, asumsikan perusahaan memakai metode nilai pari untuk mencatat saham treasuri. Hitunglah berapa nilai akhir dari saham treasuri, tambahan modal disetor saham biasa, tambahan modal disetor saham treasuri, dan laba ditahan.
Jawab:
a.       Saham treasuri (3.000 x 1.000) 3.000.000
Tambahan modal disetor, saham biasa 6.000.000
Kas (3.000 x 3.000) 9.000.000
b.      Kas (500 x 2.000)  1.000.000
Saham treasuri (500 x 1.000)   500.000
Tambahan modal disetor, saham treasuri   500.000
c.       Kas (700 x 3200)  2.240.000
Saham treasuri (700 x 1.000)   700.000
Tambahan modal disetor, saham treasuri 1.540.000
d.      Kas (1.000 x 2.500)  2.500.000
Saham treasuri (1.000 x 1.000)  1.000.000
Tambahan modal disetor, saham treasuri  1.500.000

Saham treasuri
•         Pembelian kembali 3.000.000
•         Penjualan (500.000)
•         Penjualan (700.000)
•         Penjualan (1.000.000)
Saldo akhir 800.000

Tambahan modal disetor saham biasa
•         Saldo awal 10.000.000
•         Selisih kurang penarikan kembali (6.000.000)
Saldo akhir  4.000.000

Tambahan modal disetor saham treasuri
•         Selisih lebih penjualan saham treasuri 500.000
•         Selisih lebih penjualan saham treasuri 1.540.000
•         Selisih lebih penjualan saham treasuri 1.500.000
Saldo akhir 3.540.000
SEKURITAS DILUTIF
SEKURITAS DILUTIF DAN LABA PER SAHAM
1. Hutang Dan Ekuitas
            Perusahaan biasanya menggolongkan sekuritas ini sebagai bagian dari ekuitas. Kemudian SEC melarang penggolongannya sebagai ekuitas, dan sebagian besar perusahaan menggolongkan sekuritas ini diantara hutang dan ekuitas ada neraca dalam kelompok terpisah yang sering disebut sebagai “kelompok mazzine”. Baru-baru ini FASB mengeluarkan sebuah stabdar yang mengharuskan perusahaan melaporkan jenis sekuritas ini sebagai kewajiban.
2. Akuntansi Untuk Hutang Konvertibel
            Jika obligasi dapat dikonversi menjadi sekuritas perusahaan lainnya selama peiiode tertentu sesudah penerbitannya, maka obligasi tersebut disebut sebagai obligasi konvertibel yang menggabungkan manfaat dari sebuah obligasi hak istimewa untuk menukarnya dengan  saham pada opsi pemegang saham ditambah opsi berupa konversi jika nilai saham tersebut meningkat secara signifikan. Perusahaan menerbitkan sekuritas konvertibel karena dua alasan, Pertama adalah keinginan untuk meningkatkan modal ekuitas tanpa memberikan pengendalian kepemilikan yang berlebihan kecuali diperlukan. Kedua adalah memperoleh pembiayaan dengan saham biasa pada suku bunga yang rendah.


Akuntansi untuk hutang konvertibel :
            Pada Saat Penerbitannya
            Metode pencatatan obligasi pada tanggal penerbitannya mengikuti metode yang digunakan untuk mencatat penerbitan hutang langsung. Tanpa mencatat hasilnya sebagai ekuitas. Setiap diskonto atau premi yang dihasilkan dari penerbitan obligasi konvertibel diamortisasi hingga tanggal jatuh temponya.
Pada Saat Konversi
            Jika obligasi dikonversi menjadi sekuritas lainnya, maka perusahaan menggunakan metode nilai buku untuk mencatat konversi.
Konversi yang Dirangsang (Induced Conversion)
            Beberapa akuntan berpendapat bahwa biaya perangsang konversi adalah biaya untuk memperoleh modal ekuitas. Sebagai akibatnya ini harus diakui sebagai biaya (pengurang modal ekuitas yang diperoleh) bukan sebagai beban. Akan tetapi, FASB menunjukkan jika diperlukan tambahan biaya, maka pembayaran tersebut adalah untuk jasa dan harus dilaporkan sebagai beban. Beban ini tidak boleh dilaporkan perusahaan penerbit sebagai pso luar biasa.


Penarikan Hutang Konvertibel
           Keuntungan atau kerugian atas penarikan hutang konvertibel perlu diakui dengan cara yang sama seperti pada keuntungan atau kerugian atas penarikan hutang nonkonvertibel.
3. Saham Preferen Konvertibel
Saham Preferen Konvertibel mencakup opsi bagi pemegang saham untuk mengkonversi saham preferen menjadi saham biasa dengan jumlah tetap. Perbedaan utama akuntansi  untuk obligasi konvertibel dan saham preferen konvertibel adalah pada tanggal penerbitannya. Obligasi konvertibel dianggap sebagai kewajiban, sedangkan saham preferen konvertibel dianggap sebagai bagian dari ekuitas pemegang saham.
Di dalam akuntansi untuk saham preferen konvertibel. Perusahaan menggunakan nilai buku. Saham preferen didebet bersamaan dengan setiao hal yang berhubungan dengan Tambahan Modal Disetor, sementara Saham Biasa dan Tambahan Modal Disetor dikredit. Perlakuan yang berbeda dikembangkan apabila nilai pari saham biasa yang diterbitkan melebihi nilai buku saham preferen, biasanya Laba didebet sebesar pendapatan.
4. Warran Saham
Warran atau surat jaminan adalah sertifikat yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk memeproleh saham pada harga tertentu selam periode yang telah ditetapkan. Masalah akuntansi  warran yang sangat rumit dan beberapa belum terpecahkan.
Warran Saham Yang Diterbitkan Dengan Sekuritas Lainnya
            Warran yang diterbitkan sengan sekuritas lainnya pada dasarnya merupakan opsi jangka panjang untuk membeli saham biasa dengan harga tetap. Meskipun bebrapa warran perpetual telah diperdangkan, namun umumnya hanya bertahan 5 tahun atau 10 tahun. Ada dua metode alokasi yang tersedia :
1.      Metode Prorposional
2.      Metode Inkremental
Hak Untuk Memesan Saham Tambahan
            Jika dewan direksi memutuskan untuk menerbitkan saham baru, maka pemegang saham lama secara keseluruhan akan memiliki hak preemptive privilege (hak istimewa untuk membeli terlebih dahulu) untuk membeli saham yang baru diterbitkan dengan proporsi yang mereka miliki. Privilege ini, yang disebut sebagai hak saham, menyelamatkan pemegang saham yang ada dari kerugian dilusi hak suara tanpa persetujuan mereka dan memperkenankan mereka untuk membeli saham dibawah nilai pasarnya. Warran yang diterbitkan dalam situasi ini nersifat berjangka pendek, tidak seperti warran yang diterbitkan dengan sekuritas lainnya.

PROGRAM KOMPENSASI SAHAM
            Bentuk lain dari warran muncul dalam program kompensasi saham yang digunakan untuk membayar dan memotivasi karyawan. Warran ini merupakan opsi saham di mana para karyawan terpilih diberi opsi untuk membeli saham biasa pada harga tertentu selama periode waktu yang diperpanjang. Program kompensasi jangka panjang berusahan untuk memperkuat loyalitas eksekutif perusahaan. Cara yang efektif untuk mencapai tujuan ini adalah dengan memberikan karyawan “a piece of the action” yaitu suatu kepentingan ekuitas. Pada dasarnya program ini memberikan kepada eksekutif perusahaan untuk menerima saham jika kinerja perusahaan khusus perfokus pada perbaikan jangka panjang yang dapat dukur dan manfaat kepada perusahaan secra keseluruhan seperti kenaikan laba per saham, penetapan harga saham atau pangsar pasar
AKUNTANSI UNTUK KOMPENSASI SAHAM
            Program opsi saham melibatkan dua masalah akuntansi yang utama :
1.      Penentuan Beban
Dengan menggunakan metode nilai wajar, total beban kompensasi dihitung dengan nilai wajar opsi yang diharapkan menjadi haknya pada tanggah opsi itu dihibahkan kepada karyawan.
2.      Alokasi Beban Kompensasi
Pada umumnya, beban kompensasi diakui dalam periode di mana karyawan melakukan jasa. Kecuali, dalam hal-hal spesifik, periode jasa adalah periode hasil waktu antara tanggal hibah dan tanggal hasil. Jadi, total beban kompensasi ditentukan pada tanggal hibah dan dialokasikan ke periode yang menerima manfaat jasa karyawan.

Program Atau Rencana Pembelian Saham Karyawan
            Program atau rencana pembelian saham karyawan membolehkan semua karyawab membeli saham dengan harga tertentu selama periode waktu yang pendek. Program ini dianggap sebagai kompensasi kecuali jika program ini memenuhi semua dari tiga syarat dibawah ini :
1.      Semua karyawan tetap secara substansial bleh berpartisipasi atas dasar yang wajar
2.      Diskonto dari harga pasar adalah kecil, yaitu tidak sebesar daripada kewajaran diskonto yang ditawarkan kepada pemegang saham atau jumlah biaya per saham yang dihindari dengan tidak menaikkan kas di dalam penawawran public. Jika jumlah diskonto kurang dari 5% maka tidak perlu dicatat
3.      Program tersebut tidak menawarkan karakteristik opsi yang substansif

Pengungkapan Program Kompensasi
            Perusahaan yang mempunyai satu atau lebih pengaturan pembayaran berdasarkan saham harus megungkapkan informasi berikut agar pengguna laporan keuangan mampu memahaminya:
1.      Syarat-syarat pembayaran semacam itu yang berlaku selama periode tersebut dan akibat potensial dari pengaturan semacam itu bagi para pemegang saham
2.      Pengaruh biaya kompensasi yang timbul karena pengaturan pembayaran berdasarkan saham terhadap laporan laba rugi
3.      Metode estimasi nilai wajar barang atau jasa yang diterima, atau nilai wajar instrument ekuitas yang dihibahkan selama periode tersebut
4.      Pengaruh arus kas yang berasal dari pengaturan pembayaran berdasarkan saham.
LAB PER SAHAM-STRUKTUR MODAL SEDERHANA
            Struktur modal perusahaan bersifat sederhana jika hanya terdiri dari saham biasa atau tidak mencakup saham biasa potensial yang pada saat konversi dapat mendilusi laba per saham.
Dividen Saham Preferen
                                    Laba Bersih-Dividen Saham Preferen
Laba per Saham =
                 Rata-Rata Tertimbang Jumlah Saham Beredar

Jumlah Rata-Rata Tertimbang Saham yang Beredar
            Dalam semua perhitngan laba per saham, jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar selama periode bersangkutan merupakan dasar untuk melaporkan jumlah per saham. Saham yang diterbitkan atau dibeli selama periode itu akan mempengaruhi jumlah saham yang beredar dan harus ditimbang menurut bagian dari periode peredarannya. Dasar pemikiran untuk pendekatan ini adalah mencari jumlah ekuivalen dari keseluruhan saham yang beredar tahun berjalan.
KASUS 8
Bahwa perusahaan menerbitkan obligasi konvertibel senilai 1.000.000 yang memiliki premi 6.000 yang dapat ditukarkan dengan 100 lembar saham biasa pada nilai pari 1.000. ketika saat penukaran, premi obligasi yang belum dibayarkan 5.000. maka ayat jurnal untuk penukaran tersebut adalah sebagai berikut
 
Hutang obligasi                                                  1.000.000
Premi atas hutang obligasi                                   5.000
Saham biasa                                                         100.000
Agio saham                                                           905.000


 Saham Preferen Konvertibel

Saham Preferen Konvertibel adalah sebuah saham preferen yang dapat ditukar atau dikonversi menjadi saham biasa sebagai contoh, anda sebagai pemegang saham preferen konvertibel 500 lembar pada nilai pari Rp.2, premi 300 menukarkan dengan saham biasa 500 lembar pada nilai pari Rp. 3. maka ayat jurnalnya sebagai berikut

Saham preferen konvertibel                           1.000
Agio saham                                                          300
Laba ditahan                                                        200
Saham biasa                                                             1.500


INVESTASI
PENGERTIAN INVESTASI SAHAM
lnvestasi adalah suatu aktiva yang digunakan oleh perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accretion of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti bunga, royalti, dividen, dan uang sewa), apresiasi nilai investasi, atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi, seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan. (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.13)
Sesuai dengan definisi investasi menurut PSAK No. 13 di atas maka investasi saham merupakan salah suatu sarana untuk menumbuhkan kekayaan melalui penerimaan hasil investasi (dividen), dan melalui apresiasi nilai investasi (capital gain) atau manfaat lain yang diperoleh akibat kepemilikan saham perusahaan lain tersebut.
Akuntansi mengenal dua metode untuk mencatat kegiatan investasi saham ini, yakni metode Cost dan metode Ekuitas (Equity). Sementara itu, untuk pelaporan di Neraca akhir periode, dikenal tiga metode yaitu metode Nilai wajar (Fair-value), metode Ekuitas, dan Konsolidasi. Penerapan metode akuntansi investasi saham, baik untuk pencatatan maupun pelaporannya, sangat tergantung pada ada tidaknya tingkat pengaruh signifikan (significant influence) dan ada tidaknya penguasaan (voting control) oleh Investor (pihak yang membeli saham) terhadap Investee (perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh Investor). Untuk itu maka perlu dipahami tentang penggolongan investasi saham dari perspektif tersebut.

PENGGOLONGAN INVESTASI SAHAM
Standar akuntansi di sebagian besar negara di dunia ini menggariskan bahwa penggunaan metode akuntansi untuk investasi saham tergantung pada tingkat kepemilikan dan ada tidaknya pengaruh signifikan yang dimiliki oleh investor terhadap investee. Demikian pula halnya Indonesia. Melalui Dewan Standar Akuntansi Keuangan(DSAK), Ikatan Akuntan Indonesia, telah membuat standar pencatatan dan pelaporan untuk investasi saham melalui beberapa Pernyataan Standar, antara lain
PSAK No. 7, 13, 15, 22, dan 5

Gambar 1.1.
Hubungan antara metode untuk mencatat investasi, tingkat kepemilikan, dan pengaruh investor terhadap investee.
Dari Gambar 1.1. dapat dilihat adanya dua faktor untuk membedakan jenis investasi. Dua faktor tersebut, yakni Pengaruh signifikan dan control membagi jenis investasi menjadi tiga: kurang dari 20%, antara 20%-50%, dan lebih dari 50%.
Cut-off tingkat kepemilikan sebesar 20% sebenarnya didasarkan pada suatu asumsi. Asumsi tersebut adalah bahwa jika seorang investor memiliki antara 20% dan 50% saham investee maka normalnya investor akan mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap investee.
Kriteria untuk dapat disebut sebagai pengaruh yang signifikan membutuhkan judgment. Judgment semacam ini akan menyulitkan praktek akuntansi karena sering bersifat subyektif. Oleh karena itu, standar yang berlaku menggariskan bahwa jika investor memiliki saham investee kurang dari 20% maka ia harus menggunakan metode Cost, kecuali ada bukti bahwa meski kepemilikannya kurang dari 20% namun ia mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap investee.

PENCATATAN DAN PELAPORAN INVESTASI SAHAM KURANG DARI 20% - METODE COST
1.          Ilustrasi Pencatatan Investasi Saham dengan Kepemilikan Kurang dari 20%
Jika sebuah perusahaan memiliki investasi saham kurang dari 20% dan atau tidak memiliki pengaruh yang signifikan maka perusahaan tersebut tidak punya pilihan lain selain menggunakan metode Cost untuk mencatat investasi sahamnya. Pada prinsipnya, metode Cost mencatat investasi saham sebesar nilai historis (historical cost) nya. Pendapatan investasi diperoleh dari penerimaan dividen dari investee. Selain tambahan investasi melalui akuisisi atau pengurangan melalui penjualan investasi, tidak ada kejadian yang akan mengubah saldo investasi pada suatu periode.
KASUS 9
Untuk mengilustrasikan metode Cost, diumpamakan PT.A membeli 10% saham PT.B dengan harga perolehan Rp80.000,00 pada awal tahun 2015. Selama tahun berjalan, PT.B melaporkan laba Rp40.000,00 dan membayar dividen kas sebanyak Rp12.000,00. PT A akan membuat jurnal sebagai berikut.
1. lnvestasi Saham B                                                       Rp80.000,00
Kas                                                                                         Rp80.000,00
(Jurnal untuk mencatat pembelian saham B)
2. Kas Rp 1.200,00
Pendapatan dividen Rp 1.200,00
(Jurnal untuk mencatat penerimaan dividen dari B sebesar 10% x Rp12.000,00)

Perhatikan bahwa PT A mencatat income dari investasi tersebut hanya dari bagian yang didistribusikan (Rp12.000,00). Bagian yang tidak dibagikan (Rp40.000,00 - Rp12.000,00) tidak dicatat. Sedangkan saldo akun investasi tidak mengalami perubahan dari harga perolehannya.
Sebagaimana pada ilustrasi pencatatan investasi pada Contoh 1.1., saldo investasi tidak akan mengalami perubahan kecuali ada penambahan atau pengurangan investasi. Namun demikian untuk kepentingan pelaporan maka investasi saham yang kurang dari 20% menggunakan metode Cost, perlu diklasifikasikan kembali. Baik FASB, IASC, maupun IAI membagi investasi saham ke dalam dua jenis, yakni Trading (Perdagangan) dan Available for Sale (Tersedia untuk Dijual).
Sebuah investasi saham digolongkan sebagai sekuritas Trading apabila investasi saham tersebut dimiliki untuk jangka pendek yang kemudian dijual lagi untuk mendapatkan capital gain. Sementara itu, apabila investasi tersebut tidak dapat digolongkan sebagai sekuritas Trading maka akan digolongkan sebagai sekuritas Available for Sale.
2.          Ilustrasi Pelaporan Investasi Saham dengan Kepemilikan Kurang dari 20%
Beberapa ketentuan dasar dalam pelaporan investasi kurang dari 20% adalah sebagai berikut.
a.       Investasi awal dicatat sebesar harga perolehan yang selanjutnya perlu disesuaikan dengan nilai wajar (fair value) jika nilai wajar tersebut tersedia. Jika nilai wajar tersebut tidak tersedia maka investasi tetap dicatat sebesar harga perolehannya.
b.      Investasi saham yang dikategorikan sebagai Trading dilaporkan sebesar nilai wajar. Laba atau Rugi holding (Unrealized holding gains and losses) dimasukkan dalam perhitungan laba tahun berjalan.
c.       Investasi saham yang dikategorikan sebagai Available for Sale dilaporkan sebesar nilai wajar. Laba atau rugi yang belum terealisasi (Unrealized holding gains and losses) dikeluarkan (tidak boleh dimasukkan) dari atau ke laba tahun berjalan dan harus dilaporkan sebagai bagian dari other comprehensive income (laba comprehensive lain) pada kelompok Ekuitas di Neraca.
Contoh 1.2.
Pada tanggal 1 J anuari, PT.Panca membeli saham PT.Catur sebanyak 30.000 lembar. Jumlah ini merepresentasikan kepemilikan sebanyak 15% dari seluruh saham PT.Catur yang beredar. Harga Perolehan investasi tersebut adalah sebesar Rp300.000,00. PT.Catur melaporkan laba dan membagi dividen pada tahun berjalan masing-masing sebesar Rp200.000,00 dan Rp40.000,00. Pada tanggal 31 Desember (akhir periode ), harga wajar saham PT.Catur adalah sebesar Rp 11,00 per lembar. Berapakah nilai investasi saham PT.Catur yang akan ditampilkan di Neraca akhir PT.Panca?
Bagaimanakah jurnal penyesuaian yang diperlukan untuk itu?
Jawab:
Oleh karena kepemilikan PT.Panca atas PT.Catur hanya 15% dan tidak ada informasi tentang adanya pengaruh signifikan PT.Panca atas PT.Catur maka PT.Panca harus mencatat investasi tersebut dengan metode Cost. Dengan demikian, adanya laporan laba dan pembayaran dividen tidak mempengaruhi saldo investasi sepanjang tahun, yakni tetap sebesar Rp300.000,00. Namun demikian, pelaporan di Neraca harus menggunakan nilai wajar maka nilai wajar harus diperoleh.
Nilai wajar :         30.000 lembar x Rp 11,00 per lembar       = Rp330.000,00
Cost                                                                                                       = Rp300.000,00
Selisih                                                                                                       Rp 30.000,00
Jumal penyesuaian yang dibuat tergantung kategori investasi tersebut, apakah tergolong sebagai Trading ataukah Available for Sale. Berikut ini jurnal penyesuaian yang perlu dibukukan untuk masing-masing kategori.
Trading Available for Sale
lnvestasi Saham Rp30.000,00
       Laba (holding gains) Rp30.000,00

Laba tersebut akan dilaporkan dalam Laporan laba rugi tahun berjalan
lnvestasi Saham Rp30.000,00
       Laba Holding yang belum terealisasi Rp30. 000, 00

Holding gain dalam komponen ekuitas (dilaporkan di Neraca) tersebut akan dihapus setelah investasi sahamnya dijual, laba atau rugi penjualan baru akan diakui pada saat itu


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengantar Bisnis

Pengantar Bisnis Download PPT https://docs.google.com/presentation/d/1bs_Fu-eHGh1wk0_niiKD2k8HneOukK1q90mcGQzV5_4/edit?usp=sharing PPT Ke...