DAFTAR KASUS AKUNTANSI BIAYA
No
|
Indikator
|
Bahan Kajian
|
|
Pokok Bahasan
|
Sub Pokok Bahasan
|
||
1.
|
Kasus 1
|
Tujuan
dan Ruang Lingkup Akuntansi Biaya
|
Klasifikasi
Biaya
|
2.
|
Kasus 2
|
Harga
Pokok Pesanan
|
ü Penentuan
Harga Pokok Pesanan
ü Kartu
Harga Pokok Pesanan
|
3.
|
Kasus 3
|
Harga
Pokok Proses
|
Laporan Biaya Produksi per Departemen
dengan metode rata-rata dan metode FIFO
|
4.
|
Kasus 4
|
Produk
Bersama dan Produk Gabungan
|
Akuntansi Produk Bersama dan Produk
Sampingan
|
5.
|
Kasus 5
|
Harga
Pokok Standar
|
ü Penentuan
Biaya Standar
ü Perhitungan
dan Analisis Selisih
ü Selisih
Komposisi Bahan dan Selisih Hasil Pemakaian Bahan
|
KLASIFIKASI BIAYA
Klasifikasi biaya
merupakan proses pengelompokan biaya berdasarkan tujuan dari informasi biaya
yang disajikan. Untuk memudahkan dalam melakukan pencatatan biaya dan menyusun laporan keuangan, serta memberikan
gambaran informasi yang akurat kepada pihak manajemen, maka komponen biaya
dikelompokkan dalam beberapa kelompokakun dengan klasifikasi
sebagai berikut :
A. Berdasarkan
fungsi pokok dari aktifitas perseroan.
1.
Biaya Produksi (Production Cost) atau Biaya Harga
Pokok Produksi (Cost of Good Sold) meliputi : Biaya Bahan Baku (Material),
Tenaga Kerja Langsung / Buruh (Direct Labour), dan Biaya Operasional (Direct
Overhead).
2.
Biaya Pemasaran (Marketing Expenses) : Biaya Promosi
dan Iklan.
3.
Biaya Administrasi dan Umum (General Administration
Expenses) : Biaya Gaji Karyawan, Overhead Kantor, dan biaya terkait
lainnya.
B. Berdasarkan kegiatan atau volume produksi.
1.
Biaya Variabel (Variable Cost), Komponen biaya
proporsional sesuai mengikuti volume produksi yang dihasilkan. Contoh Biaya
Bahan Baku dan Overhead Langsung.
2.
Biaya Tetap (Fixed Cost), Biaya yang tidak dipengaruhi
oleh volume produksi. Contoh Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labour),
walaupun volumenya disesuaikan dengan kapasitas produksi namun pembayarannya
bersifat lumpsum per bulan.
3.
Biaya Semi variabel (Semi
variable Cost), biaya yang
mengandung dua unsur biaya yaitu biaya tetap dan biaya variabel (FC & VC)
C. Berdasarkan objek yang dibiayai.
1.
Biaya Langsung (Direct Cost), Biaya yang dapat
diidentifikasi langsung dengan objeknya. Contoh : Biaya Tenaga Kerja Langsung
(Direct Labour), dan Biaya Bahan Baku (Direct Material)
2.
Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost), Biaya yang tidak
dapat diidentifikasi langsung dengan objeknya. Contoh : Biaya Overhead Pabrik (Direct
Overhead).
D.
Berdasarkan hubungannya dengan produksi
1.
Biaya Prima (Prime Cost) : biaya bahan baku langsung dan biaya
TK langsung di mana biaya tersebut berhubungan langsung dengan produksi
2.
Biaya Konversi (Convertion Cost) : biaya yang berhubungan
dengan mengolah bahan baku menjadi produk jadi sehingga CC terdiri dari biaya
TK langsung dan FOH.
KASUS
1
Infromasi Umum
PT
Paintindo Sejahtera merupakan salah satu perusahaan manufaktur dalam bidang
produksi cat dinding kelas nasional. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1996.
Produksi dilakukan sendiri oleh perusahaan, dengan ini perusahaan membagi tiga
bagian produksi utama yaitu: bagian pencampuran, bagian penyelesaian, dan
bagian pengemasan.
Struktur Biaya
Berikut
ini data-data mengenai struktur biaya PT Paintindo Sejahtera :
1
|
Cat utama
|
16
|
Listrik pabrik
|
2
|
Cat campuran
|
17
|
Air pabrik
|
3
|
Gaji bagian pencampuran
|
18
|
Listrik kantor
|
4
|
Gaji bagian penyelesaian
|
19
|
Air kantor
|
5
|
Gaji bagian pengemasan
|
20
|
Telepon
|
6
|
Gaji bagian persediaan bahan baku
|
21
|
Pajak bumi dan bangunan
|
7
|
Gaji bagian persediaan barang jadi
|
22
|
Asuransi pabrik
|
8
|
Gaji kepala departemen produksi
|
23
|
Penyusutan mesin pencampuran
|
9
|
Gaji kepala departemen persediaan
|
24
|
Penyusutan mesin penyelesaian
|
10
|
Gaji bagian departemen pembelian
|
25
|
Penyusutan mesin pengemasan
|
11
|
Gaji departemen pemasaran
|
26
|
Penyusutan bangunan pabrik
|
12
|
Gaji kepala departemen pemasaran
|
27
|
Penyusutan peralatan kantor
|
13
|
Gaji departemen keuangan
|
28
|
Penyusutan bangunan kantor
|
14
|
Gaji kepala departemen keuangan
|
29
|
Asuransi pegawai pabrik
|
15
|
Gaji direktur utama
|
30
|
Keamaan pabrik
|
Berdasarkan data-data
di atas klasifikasikan biaya tersebut ke dalam :
1.
Biaya langsung dan biaya tidak langsung
2.
Biaya bahan baku langsung, biaya tenaga
kerja langsung, biaya overhead, beban pemasaran, dan beban administrasi.
3.
Biaya utama (prime cost) dan biaya konversi (conversion
cost).
4.
Biaya tetap, biaya semivariabel, dan
biaya variabel berdasarkan volume produksi.
JAWABAN
1.
Biaya langsung dan tidak langsung
Ø Biaya
langsung
(1)
Cat utama (4) Gaji bagian
penyelesaian
(2)
Cat campuran (5) Gaji bagian
pengemasan
(3)
Gaji bagian pencampuran
|
Ø Biaya
tidak langsung
(20) Telepon
|
2.
Biaya bahan baku langsung, biaya tenaga
kerja langsung, biaya overhead, beban pemasaran, dan beban administrasi
Ø Biaya
bahan baku langsung
(1)
Cat utama
(2)
Cat campuran
|
Ø Biaya
tenaga kerja langsung
(3)
Gaji bagian pencampuran
(4)
Gaji bagian penyelesaian
(5)
Gaji bagian pengemasan
|
Ø Biaya
overhead
(4)
Gaji bagian persediaan bahan baku
(5)
Gaji bagian persediaan barang jadi
(6)
Gaji kepala departemen produksi
(7)
Gaji kepala departemen persediaan
(8)
Gaji bagian departemen pembelian
(16) Listrik
pabrik
(17) Air pabrik
(21) Pajak bumi dan bangunan
(22) Asuransi pabrik
(23) Penyusutan mesin pencampuran
(24) Penyusutan mesin penyelesaian
(25) Penyusutan mesin pengemasan
(26) Penyusutan bangunan pabrik
(29) Asuransi pegawai
pabrik
(30) Keamanan Pabrik
|
Ø Beban
pemasaran
(9)
Gaji departemen pemasaran
(10) Gaji
kepala departemen pemasaran
Ø Beban
administrasi
(11)
Gaji departemen keuangan
(14)
Gaji kepala departemen keuangan
(15)
Gaji direktur utama
(18)
Listrik
kantor
(19)
Air kantor
(27)
Penyusutan peralatan kantor
(28)
Penyusutan bangunan kantor
|
3. Biaya utama (prime cost) dan biaya konversi
(conversion cost)
Ø Biaya
utama (Biaya BB + Biaya TKL)
(1)
Cat utama
(2)
Cat campuran
(3)
Gaji bagian pencampuran
(4)
Gaji bagian penyelesaian
(5)
Gaji bagian pengemasan
|
Ø Biaya
konversi ( Biaya TKL + BOP )
(3)
Gaji bagian pencampuran
(4)
Gaji bagian penyelesaian
(5) Gaji bagian pengemasan
(6)
Gaji bagian persediaan bahan baku
(7)
Gaji bagian persediaan barang jadi
(8)
Gaji kepala departemen produksi
(9)
Gaji kepala departemen persediaan
(10)
Gaji bagian departemen pembelian
(16) Listrik pabrik
(17)
Air
pabrik
(21)
Pajak bumi dan bangunan
(22)
Asuransi
pabrik
(23)
Penyusutan mesin pencampuran
(24)
Penyusutan mesin penyelesaian
(25)
Penyusutan mesin pengemasan
(26)
Penyusutan bangunan pabrik
(29)
Asuransi
pegawai pabrik
(30)
Keamanan Pabrik
|
Ø Yang
tidak termasuk keduanya
(11) Gaji
departemen pemasaran
(12)
Gaji kepala departemen pemasaran
(13)
Gaji departemen keuangan
(14)
Gaji kepala departemen keuangan
(15)
Gaji direktur utama
(18)
Listrik
kantor
(19)
Air kantor
(20)
Telepon
(27)
Penyusutan peralatan kantor
(28)
Penyusutan bangunan kantor
|
4. Biaya tetap, biaya semivariabel, dan biaya
variabel
Ø Biaya
tetap
(8)
Gaji kepala departemen produksi
(9)
Gaji kepala departemen persediaan
(10) Gaji bagian
departemen pembelian
(11) Gaji
departemen pemasaran
(12)
Gaji kepala departemen pemasaran
(13)
Gaji departemen keuangan
(14)
Gaji kepala departemen keuangan
(15)
Gaji direktur utama
(21)
Pajak bumi dan bangunan
(22)
Asuransi
pabrik
(23)
Penyusutan mesin pencampuran
(24)
Penyusutan mesin penyelesaian
(25)
Penyusutan mesin pengemasan
(26)
Penyusutan bangunan pabrik
(29)
Asuransi
pegawai pabrik
(30)
Keamanan Pabrik
(27)
Penyusutan peralatan kantor
(28)
Penyusutan bangunan kantor
|
Ø Biaya
semivariabel
(3)
Gaji bagian pencampuran
(4)
Gaji bagian penyelesaian
(5) Gaji bagian pengemasan
(6)
Gaji bagian persediaan bahan baku
(7)
Gaji bagian persediaan barang jadi
(18)
Listrik
kantor
(19)
Air kantor
(16) Listrik pabrik
(17)
Air
pabrik
(20)
Telepon
Ø Biaya
variabel
(1)
Cat utama
(2) Cat campuran
|
JOB ORDER COSTING
Metode Harga Pokok
Pesanan atau yang biasa dikenal dengan Job Order Costing Method adalah suatu
metode pengumpulan biaya produksi untuk menentukan harga pokok produksi pada
perusahaan atas dasar pesanan. Dalam kalkulasi biaya Job Order, setiap job atau
pesanan adalah suatu satuan akuntansi yang dibebankan biaya bahan, upah dan
biaya overhead dengan menggunakan nomor-nomor order, biaya untuk setiap pesanan
yang dikerjakan untuk pelanggan tertenti dicatat dalam suatu kartu yang disebut
kartu biaya Job Order.
Tujuan dari metode
harga pokok pesanan adalah untuk menentukan harga pokok produk dari setiap
pesanan baik harga pokok pesanan secara keseluruhan dari tiap-tiap pesanan
maupun untuk persatuan. Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk
pesanan tertentu dan harga pokok produksi persatuan di hitung dengan cara
membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut.
Didalam suatu
perusahaan, untuk memudahkan pembebanan biaya kepada setiap jenis produk
pesanan dalam penerapan metode harga pokok pesanan, biaya produksi digolongkan
menjadi dua golongan yaitu:
1.
Biaya produksi langsung
terdiri atas biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya-biaya
tersebut merupakan biaya yang mudah ditelusuri melekatnya pada setiap produk
pesanan yang dibuat. Oleh karena itu, baik biaya bahan langsung maupun biaya
tenaga kerja langsung, dapat secara langsung dihitung sebagai bagian dari harga
pokok produk. Dengan kata lain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja
langsung yang dibebankan kepada produk adalah biaya yang sesungguhnya terjadi
untuk pembuatan produk yang bersangkutan.
2. Biaya produksi tidak langsung Biaya yang termasuk
kedalam golongan produksi tidak langsung, adalah biaya-biaya yang tidak dapat
secara langsung dibebankan kepada produk.
Dalam perusahaan yang
membuat lebih dari satu jenis produk, banyak ditemukan biaya yang sulit
ditelusuri melekatnya pada produk, sehingga terlalu rumit untuk secara langsung
diperhitungkan sebagai bagian dari harga pokok tiap jenis produk yang dibuat.
Oleh karena itu dalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi tidak langsung
yang dibebankan kepada produk, atau yang menjadi bagian dari harga pokok produk
ditetapkan berdasarkan tarif yang telah ditetapkan sebelum proses produksi
dimulai.
Dengan demikian, bukan
biaya produksi tidak langsung yang sesunggguhnya terjadi. Perlu juga di
perhatikan bahwa dalam metode harga pokok pesanan yang digunakan dalam
perusahaan yang diproduksinya berdasarkan pesanan memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1.
Perusahaan memproduksi
berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi pemesanan dan setiap jenis
produk perlu dihitung harga pokok produksinya secara individual.
2. Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan
hubungannya dengan produk yang menjadi biaya produksi langsung dan biaya
produksi tidak langsung.
3.
Biaya produksi langsung
terdiri biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung sedangkan biaya
produksi tidak langsung disebut dengan istilah biaya overhead pabrik.
4. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga
pokok produksi pesanan tertentu berdasarkan biaya sesungguhnya ke dalam harga
pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.
5. Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat
pesanan selesai diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang
dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produksi yang dihasilkan
dalam pesanan yang bersangkutan.
Metode harga pokok pesanan juga mempunyai beberapa
manfaat bagi manajemen perusahaan untuk:
1.
Menentukan harga jual
yang akan dibebankan kepada pemesan.
2. Mempertimbangkan penerimaan dan penolakan pesanan.
3.
Memantau realisasi
biaya produksi.
4. Menghitung laba atau rugi dari tiap pesanan.
5. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan
produk dalam proses yang akan disajikan dalam neraca. Metode harga pokok
pesanan memiliki keuntungan dan kerugian.
1.
Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada
pemesan.
Taksiran biaya produksi untuk pesanan xxxx
Taksiran total biaya pesanan xxxx
2. Mempertimbangkan
penerimaan dan penolakan pesanan.
Biaya produksi pesanan :
Taksiran biaya bahan baku xxxx
Taksiran biaya tenaga kerja xxxx
Taksiran
total biaya produksi xxxx
Biaya nonproduksi:
Taksiran biaya administrasi & umum xxxx
3.
Memantau realisasi
biaya produksi
Biaya
bahan baku sesungguhnya xxxx
Biaya
tenaga kerja sesungguhnya xxxx
Total biaya produksi
sesungguhnya xxxx
4. Menghitung laba rugi tiap pesanan
Harga
jual yang dibebankan kepada pemesan xxxx
Biaya
produksi pesanan:
Biaya
bahan baku sesungguhnya xxxx
Biaya
tenaga kerja langsung sesungguhnya xxxx
Teknis Jurnal
1. Pemakaian bahan baku
Barang
dalam proses – Biaya bahan baku xxxx
Persediaan
bahan baku xxxx
2. Pencatatan biaya tenaga kerja
Barang
dalam proses – Biaya tenaga kerja langsung xxxx
Gaji
dan Upah xxxx
3. Pencatatan pembebanan biaya overhead
pabrik
Barang
dalam proses – BOP xxxx
BOP
dibebankan xxxx
4. Pencatatan persediaan barang jadi
Persediaan
barang jadi xxxx
Barang
dalam proses – Biaya bahan baku xxxx
Barang
dalam proses – Biaya tenaga kerja langsung xxxx
Barang
dalam proses – BOP xxxx
KARTU HARGA POKOK
No. Pesanan : Pemesan
:
Jenis Produk : Sifat
pesanan :
Tanggal pesan : Jumlah :
Tanggal selesai : Harga
jual :
Bahan Baku
|
Tenaga Kerja Langsung
|
Biaya Overhead Pabrik
|
|||||||||
Tgl
|
No
|
Ket
|
Jumlah
|
Tgl
|
Jam
|
Biaya
|
Jumlah
|
Tgl
|
No
|
Biaya
|
Jumlah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Bahan baku langsung =
Tenaga kerja langsung =
Total biaya produksi =
KASUS
2
Percetakan
“Nuansa Klasik” menerima pesanan kartu undangan pernikahan sebanyak 200 unit.
Pesanan ini adalah pesanan nomor 347. Pesanan diterima pada 5 Maret 2016 dan
akan diselesaikan pada tanggal 15 Maret 2016. Informasi berikut berhubungan
dengan pesanan 347 :
a. Bahan baku yang digunakan selama proses pencetakan :
9 Maret 2016 : Kertas Undangan no. 45 - 2 rim @ Rp 320.000
12 Maret 2016 : Tinta warna warni 3 liter @ Rp 112.000
b.
Pembebanan biaya
Elemen
biaya Keterangan Biaya yang dibebankan
Tenaga
kerja langsung 30
jam Rp
10000 per jam
Biaya
overhead pabrik 35
jam mesin
c.
Perencanaan BOP per bulan
Rp 1.200.000 dengan kapasitas 200
jam
d.
Pihak pemesan menyetujui pembayaran dengan total biaya produksi ditambah 30 %
laba.
Diminta
: 1. Buatlah Kartu harga pokok pesanan
2. Hitunglah harga pokok produksinya
3. Buatlah
jurnal yang dibutuhkan
JAWABAN
KARTU
HARGA POKOK
No. Pesanan :
347 Pemesan
:
Jenis Produk :
kartu undangan Sifat
pesanan :
Tanggal pesan :
5 Maret 2016 Jumlah : 200 unit
Tanggal selesai :
15 Maret 2016 Harga
jual** :
Bahan Baku
|
Tenaga Kerja Langsung
|
Biaya Overhead Pabrik
|
|||||||||
Tgl
|
No
|
Ket
|
Jumlah
|
Tgl
|
Jam
|
Biaya
|
Jumlah
|
Tgl
|
Jam
|
Biaya
|
Jumlah
|
5/3
|
45
|
2 rim
|
620.000
|
|
30
|
10.000
|
300.000
|
|
35
|
6000*
|
210.000
|
12/3
|
|
3 ltr
|
336.000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
=956.000
|
|
|
|
=300.000
|
|
|
|
=210.000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Bahan baku langsung = 956.000
Tenaga kerja langsung = 300.000
Total biaya produksi = 1.466.000
Keterangan :
*Biaya overhead : Rp 1.200.000 ÷ 200 jam
= Rp 6.000/jam
** Harga jual : Total biaya produksi x
laba yang diinginkan = Rp 1.466.000 x (30% x Rp 1.466.000) = Rp 1.905.800
Jurnal
1.
Pemakaian bahan baku
Barang
dalam proses – Biaya bahan baku 956.000
Persediaan
bahan baku 956.000
2. Pencatatan biaya tenaga kerja
Barang
dalam proses – Biaya tenaga kerja langsung 300.000
Gaji
dan Upah 300.000
3. Pencatatan pembebanan biaya overhead
pabrik
Barang
dalam proses – BOP 210.000
BOP
dibebankan 210.000
4. Pencatatan persediaan barang jadi
Persediaan
barang jadi 1.466.000
Barang
dalam proses – Biaya bahan baku 956.000
Barang
dalam proses – Biaya tenaga kerja langsung 300.000
Barang
dalam proses – BOP 210.000
PROCESS COSTING
Metode harga pokok proses
merupakan metode pengumpulan biaya produksi yang digunakan oleh perusahaan yang
mengolah produknya secara massa. Didalam metode ini, biaya produksi dikumpulkan
untuk setiap proses selama jangka waktu tertentu, dan biaya produksi per satuan
dihitung dengan cara membagi total biaya
produksi dalam periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dari proses tersebut
selama jangka waktu yang bersangkutan.
I.
Karakteristik Metode
Harga Pokok Proses.
- Pengumpulan biaya produksi per departemen produksi per periode
akuntansi.
- Perhitungan HPP per satuan dengan cara membagi total biaya produksi
yang dikeluarkan selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang
dihasilkan selama periode yang bersangkutan.
- Penggolongan biaya produksi langsung dan tak langsung seringkali
tidak diperlukan.
- Elemen yang digolongkan dalam BOP terdiri dari biaya produksi selain biaya bahan baku
dan biaya bahan penolong dan biaya tenaga kerja (baik yang langsung maupun
tidak langsung). BOP dibebankan berdasarkan biaya yang sesungguhnya
terjadi.
II.
Memperhitungkan Adanya Persediaan
Produk Dalam Proses Awal
Dalam suatu departemen produksi, produk yang belum
selesai diproses pada akhir periode akan
menjadi persediaan produk dalam proses pada awal periode berikutnya. Produk
dalam proses awal periode ini akan membawa harga pokok persatuan yang berasal dari periode
sebelumnya, yang kemungkinan akan berbeda dengan harga pokok per satuan yang
dikeluarkan oleh departemen produksi yang
bersangkutan dalam periode sekarang. Dengan demikian jika dalam periode
sekarang dihasilkan produk selesai yang ditransfer ke gudang atau ke departemen
berikutnya , harga pokok yang melekat pada persediaan produk dalam proses awal
akan menimbulkan masalah dalam penentuan harga pokok produk selesai tersebut.
Metode Rata-Rata Tertimbang
ü Dalam metode ini, jumlah harga pokok produk dalam proses
awal ditambahkan dengan biaya produksiyang dikeluarkan periode sekarang dibagi
dengan unit ekuivalensi produk untuk menghasilkan harga pokok rata-rata
tertimbang.
ü Harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen
setelah departemen pertama merupakan harga pokok kumulatif,yaitu merupakan
penjumlahan harga pokok dari departemen satu ditambahkan dengan depar temen
berikutnya yang bersangkutan.
Metode Masuk Pertama Keluar Pertama
ü
Dalam
metode ini, menganggap biaya produksi periode sekarang pertama kali digunakan
untuk menyelesaikan produk yang pada awal periode masih dalam proses, baru
kemudian sisanya digunakan untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam proses
periode sekarang.
ü
Oleh
karena itu dalam perhitungan unit ekuivalensi tingkat penyelesaian persediaan
produk dalam proses awal harus diperhitungkan.
ü
Dalam
departemen setelah departemen I, produk telah membawa harga pokok dari
periodesebelumnya digunakan pertama kali untuk menentukan harga pokok produk yang ditransfer ke departemen
berikutnya atau ke gudang.
Teknis
laporan (dengan persediaan proses awal)
1.
Unit Ekuivalensi
·
Selesai dan ditransfer ke departemen kedua (dicatat
dari soal)
·
Barang dalam proses akhir (tingkat penyelesaian % x
BB, tingkat penyelesaian % x TKL, tingkat penyelesaian % x BOP)
·
Jumlahkan tiap elemen biaya (BB,TKL,BOP) selesai dan
ditransfer ke departemen kedua dengan barang dalam proses akhir.
2. Laporan biaya produksi
Departemen Pertama
LAPORAN BIAYA PRODUKSI
Untuk bulan Juli 2015
Skedul kuantitas
Unit barang dalam proses awal xxxx
xxxx
Selesai dan ditransfer ke
departemen kedua xxxx
xxxx
Biaya yang dibebankan Total
biaya Unit
Ekuiv Biaya
per unit
Bahan
baku xxxx xxxx xxxx
Tenaga
kerja langsung xxxx xxxx xxxx
Total
biaya yang dibebankan xxxx xxxx
Pertanggungjawaban
biaya
Selesai dan ditransfer
ke Dept. kedua xxxx
Barang dalam proses
akhir
Bahan baku xxxx
Tenaga kerja langsung xxxx
Total biaya yang
dipertanggungjawabkan xxxx
Teknis Jurnal
Barang dalam proses – Dept kedua xxxx
Barang dalam proses – dept. pertama xxxx
Barang dalam proses – gudang barang jadi xxxx
Barang dalam proses – dept. kedua xxxx
KASUS 3
CV Indocentra Makmur
memproduksi makanan ringan secara massa. Melalui dua departemen, yaitu
departemen pengadukan dan departemen penyelesaian disajikan data-data produksi
selama bulan April 2014 sebagai berikut :
Keterangan
|
Pengadukan
|
Penyelesaian
|
Jumlah kilogram barang dalam proses
awal
|
200 (100% BB, 80% TKL, 50% BOP)
|
300 (80% BB, 60% TKL, 20% BOP)
|
Jumlah kilogram masuk ke Dept.
pengadukan
|
1000
|
|
Jumlah kg selesai dan ditransfer dari
Dept. Pengadukan ke Dept. penyelesaian
|
800
|
800
|
Jumlah kg ditambahkan ke Dept.
penyelesaian
|
|
400
|
Jumlah kg selesai dan ditransfer dari
Dept. Penyelesaian ke gudang barang jadi
|
|
1000
|
Jumlah kg barang dalam proses akhir
|
400 (80% BB, 40% TKL, 20% BOP)
|
500 (100% BB, 60% TKL, 60% BOP)
|
|
||
Biaya barang dalam proses awal ( dalam
ribuan rupiah)
|
|
|
Biaya dari dept. pengadukan
|
|
2.200
|
Bahan baku
|
1.500
|
1.500
|
Tenaga kerja langsung
|
1.000
|
750
|
Biaya overhead pabrik
|
1.100
|
800
|
|
||
Biaya ditambahkan selama periode
berjalan (dalam ribuan rupiah)
|
|
|
Bahan baku
|
1.300
|
950
|
Tenaga kerja langsung
|
728
|
750
|
Biaya overhead pabrik
|
800
|
960
|
Berdasarkan data-data
tersebut di atas, maka :
1.
Buatlah laporan biaya produksi menggunakan
metode rata-rata tertimbang departemen pengadukan
2.
Buatlah jurnal atas laporan biaya
tersebut.
JAWABAN
1. Unit Ekuivalensi
Departemen Pengadukan
|
Bahan Baku
|
TKL
|
BOP
|
Selesai dan ditransfer ke dept.
penyelesaian
|
800
|
800
|
800
|
Barang dalam proses akhir (80% BB, 40%
TKL, 20% BOP)
|
320
|
160
|
80
|
|
1120
|
960
|
880
|
Departemen Penyelesaian
|
Dept pengadukan
|
Bahan baku
|
TKL
|
BOP
|
Selesai dan ditransfer ke gudang barang
jadi
|
1000
|
1000
|
1000
|
1000
|
Barang dalam proses akhir (100% BB, 60%
TKL, 60% BOP)
|
500
|
500
|
300
|
300
|
|
1500
|
1500
|
1300
|
1300
|
2. Laporan biaya produksi
Departemen Pengadukan
LAPORAN BIAYA PRODUKSI
Untuk bulan April 2014
Skedul kuantitas
Unit barang dalam proses awal 200
1.200
Selesai dan ditransfer ke
departemen penyelesaian 800
1.200
Biaya yang dibebankan Total
biaya Unit
Ekuiv Biaya
per unit
Bahan
baku 2.800.000 1120 2.500
Tenaga
kerja langsung 1.728.000 960 1.800
Total
biaya yang dibebankan 6.288.000 6.300
Pertanggungjawaban
biaya
Selesai dan ditransfer
ke Dept. penyelesaian (6300 x 800) 5.040.000
Barang dalam proses
akhir
Bahan baku 400
x ( 80% x 2500 ) = 800.000
Tenaga kerja langsung 400
x ( 40% x 1.800 ) = 288.000
Total biaya yang
dipertanggungjawabkan 6.288.000
Jurnal Dept. Pengadukan
Barang dalam proses –
dept penyelesaian 5.040.000
Barang dalam proses – dept.
pengadukan 5.040.000
JOINT PRODUCT
Dalam
literatur Cost Accounting, istilah Joint Cost mempunyai 2 pengertian yaitu :
1.
Common Cost, yaitu biaya overhead dari seluruh pabrik
yang dalam rangka perhitungan harga pokok dialokasikan ke departemen-departemen
yang ada (biaya bergabung).
2.
Joint Cost, yaitu biaya produksi bersama yang
dikeluarkan dalam proses produksi dan menghasilkan berbagai macam product.
JOINT PRODUCTION PROCESS
Yaitu
proses produksi yang menggunakan bahan/input yang sama dan menghasilkan
berbagai macam produk yang secara teknis tidak mungkin dihindari, misalnya
suatu pabrik minyak disamping menghasilkan minyak juga menghasilkan ampas
(produk sampingan), dan sebagainya.
Hasil
daripada joint production process adalah “Joint Product”, yang terbagi 2 yaitu
:
· Main
Product (Produk Utama)
· By
Product (Produk Sampingan)
Main
product dan by product baru dapat diidentifikasi pada saat titik pemisahan
(Split off Point/SOP).
Cara
membedakan suatu produk sebagai main product atau by product adalah :
1.
Jika nilai/sumbangan secara ekonomis yang relatif
besar terhadap hasil penjualan maka produk tersebut disebut “Main Product” dan
jika yang terjadi sebaliknya disebut By product.
2.
Jika produk tersebut mempunyai akibat yang penting
dalam pengambilan keputusan untuk memproduksi maka produk tersebut adalah “Main
Product” dan sebaliknya.
Catatan :
Faktor waktu, tempat dan situasi dapat mengubah peranan main product atau by
product.
Biaya
produksi yang dikeluarkan sampai dengan titik SOP disebut dengan Joint Cost,
sedangkan biaya yang dikeluarkan setelah titik SOP disebut dengan “ Specific
Cost/SC” atau “Separable Cost/Processing Cost”.
Yang
dimaksud dengan Total Cost adalah Joint Cost + Specific Cost.
Cost per
Unit : Total Product Cost/Unit Produksi.
Apa
permasalahan dalam pembahasan Joint Cost ?
Bagaimana
cara mengalokasikan joint cost tersebut kepada masing-masing joint product
secara individual ?
Secara
teoritis masalah ini tidak mungkin dipecahkan/tidak mungkin mengalokasikan
biaya-biaya tersebut kepada masing-masing produk , ini dikarenakan joint cost
tidak mempunyai hubungan kausal/sebab akibat dengan joint product secara
individual.
Ada 4
Metode Mengalokasikan Joint Cost, yaitu :
(a) Physical
Units Allocation Method
(b) Relative
Sales Value at Split Off Point Method
(c) Net
Realizable Value at Split Off Point Method
(d) The
Constant Gross Profit Percentage Allocation Method
PHYSICAL UNITS ALLOCATION METHOD
(Metode
Perbandingan Kuantitas/phisik)
Atau
physical measure method atau units of output method, yang mana joint cost
dialokasikan berdasarkan proporsi relatifnya pada titik pisah dengan
menggunakan ukuran phisik yang umum seperti kg, liter, unit dan sebagainya.
Metode
ini menghasilkan joint cost per unit yang sama untuk setiap hasil daripada
joint product.
RELATIVE SALES VALUE AT SPLIT OFF POINT
Yaitu
alokasi joint cost didasarkan pada harga jual pada saat titik SOP, dengan
demikian biaya Joint Cost dialokasikan secara proporsional dengan kemampuan
relatif untuk menghasilkan pendapatan yang dapat diidentifikasi ke produk
individual.
NET REALIZABLE AT SPLIT OFF POINT
(Metode
Taksiran nilai bersih yang dapat direalisasi pada saat titik SOP).
Metode
ini mengalokasikan joint cost berdasarkan taksiran nilai relatif yang dapat
direalisasi atau ramalan nilai penjualan akhir dalam usaha normal dikurangi
dengan ramalan biaya produksi (processing cost) dan biaya
pemasarannya.
THE CONSTANT GROSS PROFIT PERCENTAGE ALLOCATION
METHOD
Metode
ini mengalokasikan joint cost berdasarkan gross profit ratio yang sama dan
berlaku untuk masing-masing produk.
Metode
ini menggunakan konsep : Sales – COGS = Gross Profit, sedangkan unsur COGS
merupakan total product cost yaitu Joint Cost ditambah dengan Processing Cost.
Pengalokasian
Joint Cost kepada masing-masing joint product sangatlah penting dan perlu,
karena perusahaan membutuhkannya untuk menetapkan besarnya harga pokok produksi
dari produk-produk yang telah dihasilkan tersebut. Oleh sebab itu dalam praktek
kita sering jumpai metode pengalokasian yang bersifat artifisial/semu artinya
metode yang asing dengan lainnya hasilnya berbeda.
Harga
Pokok produksi diperlukan untuk :
· Menetapkan
harga jual (dalam Income Statement)
· Menetapkan
besarnya persediaan barang jadi (dalam Balance Sheet).
KASUS 4
PT.
Sejati Sejahtera ingin membuat ramalan penjualan tahun 2020.adapun data jualan
actual selama 4 tahun terakhir sebagai berikut :
Tahun
|
Penjualan
|
2016
|
4,400 Unit
|
2017
|
4,000 Unit
|
2018
|
3,800 Unit
|
2019
|
3,900 Unit
|
∑
|
16,100 Unit
|
Pada
Tahun 2020 Perusahaan berencana menjual satu jenis barang dengan harga jual per
unit @ sebesar Rp. 100. Harga jual / unit tiap triwulan tahun 2020 mendatang
diperkirakan naik 10% daroi triwulan dibelakangnya. Perkiraan jualan triwulan I
= 30 %, II = 20 % , III = 20 % dan IV = 30 %.
Berdasarkan
data diatas, buatlah ramalan jualan tahun 2020 dengan metode kuadrat terkecil
dan susunlah anggaran jualan tiap triwulannya.
· JAWABAN
Ramalan penjualan menggunakan metode
kuadrat terkecil.
n
|
Tahun
|
Penjualan ( Y )
|
X
|
X2
|
XY
|
1
|
2016
|
4,400 Unit
|
0
|
0
|
0
|
2
|
2017
|
4,000 Unit
|
1
|
1
|
4,000
|
3
|
2018
|
3,800 Unit
|
2
|
4
|
7,600
|
4
|
2019
|
3,900 Unit
|
3
|
9
|
11,700
|
∑
|
16,100 Unit
|
6
|
14
|
23,300
|
n
∑ XY - ∑X ∑Y
Cari b : -----------------------------------
n ∑X2 –
( ∑X )2
b = ( 4 * 23,300 ) – ( 6 * 16,100) / (
4 * 14 ) – ( 6 ) 2
= 93,200 –
96,600 / 56 – 36
= - 3,400 / 20
= - 170
Cara Cari a = ∑Y /
n - b ∑X / n
a = 16,100 /
4 - ( - 170 ) 6
/4
= 4025 + 255
= 4280
Jadi persamaan garis lurus
metode kuadrat terkecil : a + bX
Ramalan Penjualan 2020
= 4,280 + ( - 170* 4 )
= 4,280
– 680
= 3,600
Unit.
· Anggaran
Penjualan
Perkiraan Penjualan Triwulan I :
30 % * 3,600 * Rp.
100 = Rp. 108,000
Perkiraan Penjualan Triwulan II :
20 % * 3,600 *
Rp.100 = Rp. 72,000
Perkiraan Penjualan Triwulan III :
20% * 3,600 * Rp.100 =
Rp. 72,000
Perkiraan Penjualan Triwulan IV :
30% * 3,600 * Rp.
100 = Rp. 108,000
Anggaran Penjualan Setahun adalah Rp.
360,000
STANDART COSTING
Biaya
Standar (Standard Cost) adalah biaya yang ditentukan dimuka, yang merupakan
jumlah biaya yang seharusnya untuk membuat satu satuan produk atau untuk
membiayai kegiatan tertentu, dengan asumsi kondisi ekonomi, efisiensi dan
faktorfaktor lain dalam keadaan normal. Harga Pokok Standard (Standard Costing)
adalah pembebanan harga pokok kepada produk atau jasa tertentu yang ditentukan
di muka dengan cara menentukan besarnya biaya standar dari biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik untuk mengolah satu
satuan produk atau jasa tertentu. Pada dasarnya di dalam Harga Pokok Standar
terdiri dari 3 aktivitas yaitu : (1) Penentuan Standar (2) Pengumpulan biaya
yang sesungguhnya terjadi (3) Analisis selisih biaya standar dengan biaya
sesungguhnya.
Manfaat Harga Pokok
Standar, antara lain :
1. Perencanaan dan
penyusunan anggaran
2. Pembuatan keputusan
tentang harga jual produk, strategi pengembangan produk dan lain sebagainya.
3. Pengendalian biaya.
4. Menilai hasil
pelaksanaan.
5. Meningkatkan
kesadaran akan pentingnya penghematan biaya.
6. Menerapkan Management
by objective (MBO).
7. Membebankan biaya
yang telah dikeluarkan ke produk selesai dan persediaan produk dalam proses.
8. Menekan biaya
administrasi dengan menyederhanakan prosedur akuntansi.
9. Menyajikan laporan
biaya dengan cepat.
Jenis-Jenis Standar :
1. Standar Teoritis
(Theoretical standard)
2. Standar Dasar (Basic
Standard)
3. Standar Pelaksanaan
Terbaik yang Dapat dicapai (Normal Standard)
Cara
Penentuan Harga Pokok Standar : Harga Pokok Standar menyangkut biaya produksi
standar, yaitu meliputi :
1. Biaya Bahan Baku
Standar
a. Harga bahan baku standar
b. Kuantitas bahan baku standar
2. Biaya Tenaga Kerja
Langsung Standar
a. Tarif upah langsung standar
b. Jam kerja langsung standar
3. Tarif Biaya Overhead
Pabrik Standar.
Perhitungan Selisih
Biaya: Selisih Biaya Bahan Baku
a. Selisih Harga Bahan
baku (Material Price Variance)
SHBB = (H ssg – H std) x Kt ssg
b. Selisih Kuantitas
Bahan Baku (Material Quantity Variance)
SKBB = (Kt ssg – Kt std) x H std
Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung
a. Selisih Tarif Upah
(Labor Rate Variance)
STU = (TU ssg – TU std) x JK ssg
b. Selisih Jam Kerja /
Selisih Efisiensi Upah (Labor Efficiency Variance)
SJK = (JK ssg – JK std) x TU std
Selisih Biaya Overhead Pabrik Analisis 2
Selisih
a. Selisih Terkendali (Controllable Variance) adalah
selisih antara overhead pabrik aktual yang terjadi dengan kelonggaran anggaran
( total jumlah standar dari overhead variabel yang dianggarkan untuk produksi
aktual ditambah total Overhead Pabrik tetap yang dianggarkan)
ST
= BOP ssg - {( KN x TT ) + ( K std x TV )}
b. Selisih Volume
(Volume Variance) SV = ( KN – K std ) x TT
Analisis 3 Selisih
a. Selisih Pengeluaran (Spending
Variance) adalah selisih antara biaya aktual dengan kelonggaran anggaran (suatu
anggaran yang disesuaikan untuk mencerminkan tingkat aktivitas aktual)
SP
= BOP ssg - {( KN x TT ) + ( K ssg x TV )}
b.Selisih Kapasitas (Idle Capacity Variance) adalah
perbedaan antara jumlah biaya overhead tetap dianggarkan dengan aktivitas
aktual.
SK = ( KN – K ssg ) x TT
Selisih Efisiensi ( Efficiency Variance)
setara dengan tarif overhead dikalikan dengan selisih antara tingkat dasar
alokasi aktual dengan jumlah standar
SE = ( K ssg – K std ) x
T.BOP
Analisis 4 Selisih Merupakan perluasan
dari analisis 3 selisih dimana Selisih Efisiensi dibagi menjadi 2 yaitu :
a. . Selisih Efisiensi
Tetap ( Fixed Efficiency Variance)
SET = ( K ssg – K std ) x TT
b. Selisih Efisiensi
Variabel ( Variable Efficiency Variance)
SEV = ( K ssg – K std ) x TV
KASUS 5
Sebuah
perusahaan garmen yang menghasilkan kemeja pria menggunakan sistem harga pokok
standar dalam menghitung harga pokok dari produk yang dihasilkannya. Kapasitas
normal per bulan adalah 2.500 helai kemeja yang dikerjakan dalam 10.000 jam
mesin. Anggaran biaya overhead pabrik yang disusun berdasarkan jam mesin
berjumlah Rp 37.500.000 di mana 60 % diantaranya bersifat variabel.
Harga pokok standar untuk menghasilkan
satu helai kemeja adalah sebagai berikut :
Biaya bahan baku 2 m @ Rp 12.500 = Rp 25.000
Biaya tenaga kerja
langsung 5 jkl @ Rp 2.000 = Rp 10.000
Biaya overhead pabrik 4
JM
Selama satu periode telah dihasilkan
kemeja sebanyak 2.490 helai dengan biaya sebagai berikut :
Dipakai kain sebanyak
4990 m @ Rp 12.490
Dibayar gaji dan upah sebesar
Rp 24.910.000 untuk 12.455 jam kerja langsung
Biaya overhead pabrik
sesungguhnya Rp 37.320.400 dengan 9.965 jam mesin
Diminta :
1.
Hitung besarnya harga pokok standar untuk menghasilkan 1 helai kemeja.
2.
Hitung selisih biaya yang terjadi untuk menghasilkan 2.490 helai kemeja.
3. Analisiskan selisih biayanya
JAWABAN
Kapasitas Normal 10.000 JM
Kapasitas
Normal 10.000 JM
Kapasitas
Normal 10.000 JM
Harga pokok standar per helai kemeja
adalah :
Biaya bahan baku : 2 m @
Rp 12.500 = Rp 25.000
Biaya tenaga kerja
langsung : 5 JKL @ Rp 2.000 = Rp 10.000
Biaya overhead pabrik :
Variabel : 4 JM @ Rp 2.250 = Rp 9.000
Tetap : 4 JM @ Rp 1.500 = Rp 6.000 Rp 15.000 +
Harga pokok standar per
helai kemeja ……………………… Rp 50.000
Perhitungan Selisih
Biaya
Biaya Harga
Pokok Standar Harga
Pokok Sesungguhnya Selisih
Biaya
BBB 2.490
x Rp 25.000 = 62.250.000 4.990
x Rp12.490 = 62.325.100 75.100
BTK 2.490
x Rp 10.000 = 24.900.000 12.455
x Rp 2.000 =24.910.000 10.000
Total
124.500.000 124.555.500
55.500
Analisis Selisih
Selisih Biaya Bahan Baku Rp 75.100 UV
a. Selisih Harga Bahan baku SHBB = ( H
ssg – H std ) x Kt ssg = ( 12.490 - 12.500 ) x 4.990 = 49.900 FV
b. Selisih Kuantitas Bahan Baku SKBB
= ( Kt ssg – Kt std ) x
H std = ( 4.990 – 2.490 x 2 ) x 12.500
= ( 4.990 – 4.980 ) x
12.500 = 125.000 UV
Selisih Biaya Tenaga Kerja Rp 10.000 UV
a. Selisih Tarif Upah (Labor Rate
Variance) STU = ( TU ssg – TU std ) x JK ssg = ( 2.000 – 2.000 ) x 12.455 = 0
b. Selisih Jam Kerja / Selisih Efisiensi
Upah SJK = ( JK ssg – JK std ) x TU std = ( 12.455 – 2.490 x 5 ) x 2.000 = (
12.455 – 12.450 ) x 2.000 = 10.000 UV
Mau nanya, kasus 4. Setiap triwulan kan di rencanakan harga per unit naik 10%. Itu kenapa di pembahasan anggaran penjualan untum triwulan ke 2,3,4 tetep Rp 100 ya?
BalasHapus